Nasional

Perkemahan Pramuka Ma’arif NU Sajikan Pentas teater

NU Online  ·  Sabtu, 10 Januari 2015 | 18:35 WIB

Cirebon, NU Online
Panitia seni dan budaya Perkemahan LP Ma’arif NU atau Perkemahan Regu Penggalang Ma'arif NU Nasional (Pergamanas) M. Awaludin, membuka hari kedua  dengan acara penampilan seni. Di antaranya adalah teater dalam rangka menemukan peserta yang memiliki potensi di bidang itu.
<>
Pria yang kini melatih banyak kontingen grup pramuka di luar pesantren tersebut menerangkan bahwa pagelaran teater seni sangat penting untuk diadakan sebagai upaya pencerapan budaya sekaligus kritik sosial atas realitas dan budaya yang mempengaruhi masyarakat indonesia. Terkait hal itu, ia pun mengaku tidak merasa dibingungkan dengan adanya tafsir-tafsir buta tentang seni yang beredar di kalangan masyarakat.

“Karena kalo sudah terjun ke masyarakat yang dibutuhkan tidak hanya (ilmu) agama saja, tapi kesenian, dan (ilmu) yang lain juga tentu dibutuhkan oleh masyarakat,” jelas Awaluddin saat diwawancara PPM Aswaja, di Pondok Pesantren KHAS, desa Kempek, Cirebon, Jawa Barat, (9/1) dinihari.

Meski demikian Awaluddin menolak tegas perihal kesenian-kesenian yang dianggapnya keluar dari kaidah keislaman. Bagi Awaluddin, penampilan seni khususnya di pekan festival seni yang diadakan Pergamanas, menerapkan batas-batas tertentu agar penampilan seni yang diperagakan oleh masing-masing kontingen tidak melenceng dari kaidah-kaidah agama islam.

 “Yang jelas ini kan Jambore Penggalang (yang bertujuan) untuk mencari bibit-bibit di bidang kesenian. Sudah tentu saya dan teman-teman panitia menerapkan etika dan moralitas keislaman, agar seni yang oleh anak-anak kami tampilkan berjalan sesuai dengan kaidah-kaidah keislaman,” ujarnya.

Festifal budaya dan seni yang diadakan pada malam hari kedua tersebut mampu menghibur masyarakat di sekitar pondok pesantren dan khususnya kaum santri. Apresiasi masyarakat terhadap pertunjukan seni yang diadakan Pergamanas diatas kini menjadi hiburan sekaligus pelajaran tersendiri bagi masyarakat dan santri, karena seni yang ditampilkan para peserta kontingen di gali dari sejarah luhur nusantara dan keislaman.

“Yang ditampilkan banyak ya, ada yang dari Pati ceritanya menjelaskan sejarah kelahiran kota tersebut. Ada dari majalengka, Jogja, dan sebagainya yang menampilkan sejarah Islam dan Indonesia,” tandasnya. (RR/PPM Aswaja/Abdullah Alawi)