Nasional HARI IBU

Peringatan Hari Ibu Momentum Melestarikan Bahasa Ibu

Kam, 22 Desember 2022 | 14:30 WIB

Peringatan Hari Ibu Momentum Melestarikan Bahasa Ibu

Ibu memiliki peran yang sangat penting dalam keluarga, terutama dalam mendidik anak-anak dan menjadi sumber dukungan emosional bagi keluarga. (Foto: ilustrasi/freepik)

Jakarta, NU Online
Peringatan Hari Ibu yang jatuh setiap tanggal 22 Desember harus menjadi momentum untuk untuk menghargai dan menghormati peran ibu dalam keluarga dan masyarakat.


Ibu memiliki peran yang sangat penting dalam keluarga, terutama dalam mendidik anak-anak dan menjadi sumber dukungan emosional bagi keluarga. Ibu mengajarkan bagaimana cara bertutur kepada anak-anaknya, bagaimana pula anak berbicara kepada ayah dan ibunya. Ini yang membuat ibu menjadi sosok sentral dalam keluarga. 


Terkait hal itu, Dosen Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia), Fariz Alnizar menghubungkan Hari Ibu dengan pengaruh bahasa ibu di lingkungan masyarakat. 


Hari ibu dan bahasa ibu sebetulnya tidak saling berkaitan lantaran memiliki tanggal peringatan masing-masing. Namun menurut Faiz, melestarikan bahasa ibu akan memengaruhi karakter anak sebagai penerus bangsa dan pelestari budaya nenek moyang, termasuk bahasa ibu mereka.


"Pendidikan kepada anak-anak bertutur kata dalam keluarga akan lebih baik tetap menggunakan bahasa ibu. Selain lebih menghormati, penggunaan bahasa ibu dalam keluarga merupakan cara efektif melestarikan bahasa ibu," kata Fariz, kepada NU Online, Kamis (22/12/2022). 


Pengajar Linguistik UNUSIA itu pun mengatakan, penguatan bahasa ibu menjadi signifikan karena bukan saja untuk melestarikan bahasa daerah dengan menggunakan kosa kata bahasa ibu, melainkan juga melanggengkan nilai-nilai budaya termasuk kearifan lokal.   


"Bahasa ibu menjadi signifikan oleh anak, karena titik signifikansi yang lain adalah biasanya anak yang diajarkan melalui bahasa ibu tentang konsep-konsep yang sifatnya abstrak secara konseptual itu bisa lebih dipahami oleh anak," ucapnya. 


Menurutnya, kemampuan memahami hal-hal konseptual anak yang diajari bahasa ibu ini tidak dimiliki oleh mereka yang sejak kecil langsung dilatih untuk berbahasa asing. Sebab, bahasa ibu, khususnya bahasa daerah, mengandung norma, nilai, adat, hingga budi pekerti. 


"Faktor pragmatik bahasa yang erat kait-kelindannya dengan budaya itulah yang tidak serta merta diserap oleh anak-anak yang sedari kecil belajar bahasa asing," terang dia. 


Selain mengandung nilai budaya dan kearifan lokal, kata Fariz, pelestarian bahasa daerah penting untuk memperkaya identitas nasional. Memelihara bahasa ibu bukan hanya karena supaya kosa katanya tidak hilang, atau struktur kalimatnya berkurang, tetapi menjaga nilai-nilai yang terkandung dalam bahasa agar jangan sampai punah. 


"Itu yang menjadi titik signifikansi bahasa ibu. Kaitannya dengan pelestarian tentu bahasa ibu harus dengan sendirinya menjadi signifikan untuk dilestarikan, hanya saja strategi-strateginya yang perlu dirumuskan lebih tajam dan lebih detail," ucapnya. 


Lebih lanjut, ia menyebut perlu bercermin dari Israel yang berjuang menghidupkan kembali bahasa Ibrani dalam rangka mencari identitas diri jadi itu untuk menggambarkan seberapa penting bahasa ibu dalam konteks komunikasi. 


"Kita bisa lihat kaum Yahudi yang mati-matian menghidupkan kembali bahasa Ibrani. Tujuannya adalah agar bahasa ibu tidak hilang. Sebab, jika suatu bahasa punah, kearifan lokal yang terkandung dalam bahasa itu juga ikut punah," jelasnya. 


Terkait pencampuran identitas, Fariz menambahkan, fenomena urbanisasi, mobilitas sosial, dan lainnya memang tidak terelakkan. Maka ia merekomendasikan perlunya pengenalan bahasa ibu kepada anak sedini mungkin.


"Kita harus punya komitmen bersama untuk mengoptimalisasi penggunaan bahasa ibu mulai dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga,"  imbuhnya. 


Peringatan Hari Ibu merujuk pada sejarah Hari Ibu yang ditetapkan berdasarkan peristiwa penting Kongres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta yang dianggap sebagai tonggak sejarah kebangkitan perempuan Indonesia.


Hingga kini setiap pada tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu di Indonesia.


Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Kendi Setiawan