Tengerang Selatan, NU Online
Masih kurangnya dosen yang sudah mencapai guru besar atau profesor menjadi perhatian serius pemerintah. Hal ini berkaitan dengan peningkatan kualitas kelimuan di kampus dan penelitian beserta publikasinya di jurnal bereputasi nasional dan internasional.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, Kamaruddin Amin menjelaskan bahwa saat ini Indonesia membutuhkan 15.000 guru besar untuk mengisi berbagai disiplin ilmu di perguruan tinggi, khususnya profesor bidang pendidikan agama Islam yang masih minim.
Direktorat PAI Kementerian Agama merilis bahwa guru besar PAI di perguruan tinggi umum (PTU) saat ini hanya berjumlah 8 orang. Jumlah tersebut menurut Kamaruddin sangatlah kurang mengingat pelajaran agama saat ini menjadi tonggak penting di tengah arus paham ekstrem.
“Saat ini agama menjadi isu sentral sekaligus tantangan nasional. Butuh dosen berkualitas,” ujar guru besar UIN Alauddin Makassar ini, Senin (29/5) di Bintaro, Kota Tangerang Selatan dalam program pendampingan guru besar bagi dosen PAI di PTU.
Kamaruddin menjelaskan perbandingan antara komposisi guru besar di negara maju dan di Indonesia. Rekrutmen guru besar di luar negeri melalui sistem lelang. Di sana, satu program studi (Prodi) di sebuah perguruan tinggi dipimpin oleh satu orang guru besar atau profesor.
“Di Indonesia perbandingan Prodi dan guru besar sangat jauh,” jelas Doktor lulusan Universitas Bonn Jerman ini didampingi Kasubdit PAI pada PTU, Nurul Huda.
Ia menambahkan, di negara maju profesor merupakan representasi program studi. Artinya ada sebuah sosok ilmuwan yang mempunyai otoritas bagi pengembangan ilmu di bidangnya masing-masing yang menjadi tanggung jawab seorang profesor.
Kamaruddin menekankan bagi setiap dosen agar terus melakukan penelitian serius di bidang keilmuannya. Karena menurutnya, saat ini seolah para dosen mengalami defisit penelitian sehingga level guru besar sulit dicapai.
“Di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, dari 31.055 dosen pada 699 PTKI ternyata yang telah menjadi guru besar hanya 400-an guru besar,” terangnya. (Fathoni)