Nasional HARI GURU NASIONAL

Pergunu: Terima Kasih Guru atas Kontribusi Meningkatkan SDM Indonesia

Rab, 25 November 2020 | 06:30 WIB

Jakarta, NU Online

Di Hari Guru Nasional pada 25 November 2020, Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dedikasi para pendidik di seluruh Indonesia.


“Kami atas nama Pergunu mengucapkan selamat Hari Guru Nasional. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas dedikasi bapak ibu guru di mana pun berada dari Sabang sampai Merauke,” ungkap Ketua PP Pergunu Aris Adi Leksono, kepada NU Online, Rabu (25/11) pagi. 


Menurutnya, sekecil apa pun kontribusi yang diberikan para guru pasti akan memberikan efek terhadap peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di tanah air. Guru juga sangat berperan penting dalam memajukan pendidikan di Indonesia. 


“Kontribusi guru sekecil apa pun juga tentu akan berdampak pada kemajuan Indonesia di masa yang akan datang,” ucapnya.


Di Hari Guru Nasional ini, Aris juga mendoakan pengabdian para guru di sekolah, madrasah, Taman Pendidikan Al-Quran, dan majelis taklim agar dihitung sebagai amal jariyah. Pahala guru-guru di seluruh Indonesia pun tidak hanya sekadar bisa dirasakan di dunia, tapi juga di akhirat kelak.


Lebih lanjut, ia berharap agar guru senantiasa memiliki kreativitas dan semangat melakukan berbagai inovasi dalam praktik pembelajaran. Ditegaskan Aris, guru bukan hanya harus menguasai metodologi dan materi tetapi penting pula untuk memunculkan semangat ‘ruhul mudarris’.


“Menurut kami penting juga bagi seorang guru untuk memunculkan ghirah ruhul mudarris. Artinya, seorang guru harus memiliki spirit mendidik dari hatinya dengan didasari keikhlasan dan dedikasi,” terang Aris.


Ia menerangkan, dedikasi dan keikhlasan guru itu mesti ditunjukkan dengan tidak serta merta bicara soal imbalan materi tapi juga harus yakin bahwa kelak akan mendapatkan imbalan di hadapan Allah dengan kedudukan yang mulia.


“Tugas guru itu bukan hanya sekadar menjadi orang yang mentransfer ilmu tapi guru harus bisa mentransfer akhlak mulia dan perilaku yang baik. Hal itu agar bisa diterapkan oleh peserta didiknya di masyarakat. Inilah yang disebut dalam filosofi Jawa bahwa Guru adalah digugu dan ditiru,” ungkap Aris.


Perilaku-perilaku baik yang telah diteladankan para guru itu, Aris berharap, hendaknya bisa dibudayakan menjadi berbagai hal baik dalam pembangunan karakter dan akhlak mulia kepada peserta didik. 


Sejarah Hari Guru Nasional


Penetapan Hari Guru Nasional berkaitan dengan riwayat berdirinya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Dikutip NU Online dari laman resmi PGRI bahwa organisasi PGRI berawal dari Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) yang telah berdiri sejak 1912 yang menjadi wadah perjuangan guru-guru pribumi pada zaman Belanda.


Di samping PGHB, berkembang pula organisasi guru baru. Pada 1932, 32 organisasi guru yang berbeda-beda latar belakang, paham, dan golongan sepakat bersatu mengubah nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). 


Saat zaman kependudukan Jepang, PGI dilarang melakukan berbagai aktivitas karena segala jenis organisasi dilarang ketika itu. Setelah Indonesia merdeka, diselenggarakan Kongres Guru Indonesia pada 24-25 November 1945 di Surakarta.


Dalam kongres tersebut, dibentuklah organisasi PGRI untuk mewadahi semua guru di Indonesia. Puluhan tahun kemudian, Pemerintah RI di bawah Presiden Soeharto menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994. Keppres tersebut menetapkan berdirinya PGRI sekaligus sebagai Hari Guru Nasional.


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad