Nasional

Pentingnya Konsistensi Menyuguhkan Wajah Islam Ramah

NU Online  ·  Jumat, 10 Maret 2017 | 09:01 WIB

Pentingnya Konsistensi Menyuguhkan Wajah Islam Ramah

Gus Yahya dalam sebuah forum.

Jakarta, NU Online
Salah satu penekanan dalam agenda pertemuan 99 Ulama Khos yang digelar PBNU di Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah, Kamis (16/3) mendatang adalah bagaimana terus menjaga dan meneguhkan wajah Islam ramah ke kancah global. Kegiatan ini bertajuk Silaturahim Nasional Alim Ulama Nusantara.

Hal itu sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan para ulama dan pendiri bangsa yang mempunyai peran tidak mudah dalam membangun kehidupan bersama di tengah kemajemukan Indonesia. 

Katib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau yang akrab disapa Gus Yahya menjelaskan, Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim moderat terbesar di dunia, memiliki peluang sekaligus tantangan besar untuk menjadi kiblat keislaman di kancah global 

Menurutnya, disaat negara lain sibuk dengan konflik horisontal dan sektarian, Indonesia sudah jauh melesat dalam menyuguhkan sebuah cara beragama yang damai, saling menghormati, saling tepo seliro (tenggang rasa), bertoleransi, dan juga saling mengisi.

“Wajah Islam Indonesia yang ramah, sesungguhnya adalah bagian dari cermin sikap kemasyarakatan NU,” tegas Gus Yahya, Kamis (9/3) di Jakarta.

NU yang selama ini konsisten menyajikan wajah Islam ramah dan moderat, menurutnya perlu terus digaungkan ke dunia internasional agar cita-cita membangun kehidupan yang harmonis dapat terwujud melalui pemahaman Islam menurut Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja).

“Tugas kita kemudian bagaimana menggaungkan wajah Islam ala Aswaja ini sebagai upaya untuk menunjukkan wajah Islam yang sesungguhnya kepada dunia global,” ujar putra Almaghfurlah KH M. Cholil Bisri ini.

Islam yang kini banyak dicitrakan sebagai agama teror dan keras karena ulah para ekstrem-jihadis membutuhkan komitmen dari umat Islam itu sendiri untuk menangkal dan membangun citra Islam yang lebih baik. 

“Sudah saatnya kita mengakhiri era Islam yang dipenuhi citra permusuhan sebagaimana yang masih terjadi di negara-negara teluk hingga saat ini,” tandas Gus Yahya. (Fathoni)