Tangerang Selatan, NU Online
Antropolog Farid F Saenong menjelaskan, dari kacamata antropologi setidaknya ada dua hal mengapa Al-Qur’an menggunakan bahasa Arab. Pertama, orang yang membawanya adalah orang Arab. Maksudnya, Nabi Muhammad yang diberi Allah wahyu Al-Qur’an adalah orang Arab. Sebagai nabi dan rasul terakhir, Muhammad memiliki tugas untuk menyampaikan ajaran Islam yang ada dalam Al-Qur’an.
Kedua, masyarakat dimana Al-Qur’an diturunkan adalah masyarakat berbahasa Arab. Sebagaimana diketahui, Al-Qur’an diturunkan Allah melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad selama kurang lebih 23 tahun di jazirah Arab; 13 tahun di Makkah dan 10 tahun di Madinah.
Baik masyarakat Makkah maupun Madinah adalah suku-suku yang menggunakan bahasa Arab untuk berkomunikasi sehari-harinya. Oleh sebab itu, Farid menyebut Al-Qur’an berbahasa Arab.
“Pasti lucu kalau Al-Qur’an bukan bahasa Arab,” kata Peneliti di JD Stout Centre Universitas Victoria Wellingtong merujuk dua hal di atas, di Ciputat, Kamis (8/11).
Di samping itu juga berkembang alasan-alasan lainnya mengapa Al-Qur’an menggunakan bahasa Arab, bukan bahasa Inggris, Jerman, Prancis, Latin, Persia, Jawa, Indonesia, atau yang lainnya. Diantaranya bahasa Arab memiliki kelebihan dan keunggulan dibandingkan bahasa-bahasa lainnya.
Ibnu Faris dalam kitabnya as-Shahibi fi Fiqh al-Lughah mengungkapkan, pada saat Allah memilih bahasa Arab untuk ‘menjelaskan’ firman-Nya maka itu menunjukkan bahwa kemampuan dan tingkatan bahasa-bahasa lainnya berada di bawah bahasa Arab.
Begitu pun dengan As-Suyuthi. Di dalam kitabnya al-Mazhar fi Ulum al-Lughah, ia menilai kalau bahasa Arab memiliki kekayaan linguistik dan keluasan dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya. (Muchlishon)