Nasional

Penjelasan Ahli soal Puncak Wabah Covid-19 di Indonesia

Jum, 20 Maret 2020 | 06:00 WIB

Penjelasan Ahli soal Puncak Wabah Covid-19 di Indonesia

Ahli Epidemiologi dr Syahrizal Syarif. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online
Ahli Epidemiologi dr Syahrizal Syarif beberapa hari yang lalu sudah memprediksi bahwa kasus Coronavirus Desease 2019 (Covid-19) di Indonesia akan terus mengalami peningkatan. Perlu langkah-langkah komprehensif agar kasus Covid-19 menurun dan hilang.

Pertanyaan yang muncul, kapan wabah Covid-19 ini berakhir? Hal ini terkait dengan kebijakan pemerintah yang menetapkan darurat nasional Covid-19 hingga 29 Mei 2020.

Seperti diketahui, Badan Intelijen Negara menjelaskan, darurat nasional untuk kasus Covid-19 hingga Mei atau Ramadhan. Artinya sekitar 60 hari-sehingga tanggap darurat dirancang 90 hari- 29 Mei 2020.

Syahrizal mengungkapkan, banyak pertanyaan yang ditujukan kepadanya, kira-kira kapan wabah Covid-19 di Indonesia mencapai puncaknya. Dengan kata lain jumlah kasus tertinggi dalam satu hari-karena hal ini akan menjadi berita baik sebagai hasil-dampak upaya penanggulangan.

“Saya tidak tahu bagaimana perhitungan darurat nasional diperpanjang hingga 90 hari,” ucap Syahrizal, Kamis (19/3) di Jakarta.

Umumnya, lanjut Ketua PBNU Bidang Kesehatan ini, negara-negara dengan kasus tinggi seperti China, Italia, Korea Selatan, dan Iran umumnya masa puncak atau kasus tertinggi berada pada tanggal kurang dari 30 hari sejak dilaporkannya kasus pertama.

Ia menjelaskan, perkiraan masa puncak sangat dipengaruhi dari langkah-langkah penanggulangan yang dilakukan pemerintah dan masyarakat.

“Saya hanya dapat menyatakan perkiraan pemerintah tersebut bernada pesimis dengan langkah kita sendiri. Saya berharap kasus Covid-19 bisa mulai turun kurang dari 40 hari,” jelas Syahrizal yang juga Wakil Rektor Unusia Jakarta ini.

Pemerintah mengumumkan tambahan pasien positif virus corona Covid-19 pada Kamis (19/3) kemarin. Jumlah kasus baru yang dilaporkan naik 82 orang, sehingga total 309 orang terinfeksi virus ini. Kemungkinan angka tersebut akan terus berubah.

Pemerintah merinci, kasus paling besar terjadi di DKI Jakarta yakni 210 orang. Berikutnya adalah Banten (27), Jawa Barat (26), Jawa Tengah (12), Jawa Timur (9), Yogyakarta (5), Kalimantan Timur (3), Sulawesi Tenggara (3), Kepulauan riau (3), Sulawesi Selatan (2), Riau (2), Sumatera Utara (2), Kalimantan barat (2), Sulawesi utara (1), dan Lampung (1), dan Bali (1).

Dari total 309 pasein, ada 25 dinyatakan meninggal dunia dan sembuh sebanyak 15 orang. Pasien yang meninggal terbanyak berada di Ibu Kota yakni 17 orang. Yurianto mengatakan rentang usia pasien meninggal berada di usia 45 hingga 65 tahun.

Pewarta: Fathoni Ahmad
Editor: Kendi Setiawan