Nasional

Pengamat: Konflik Palestina-Israel Ejawantah Awetnya Spiral Kekerasan

Rab, 19 Mei 2021 | 00:00 WIB

Jakarta, NU Online
Konflik yang terjadi di Palestina hingga Senin (17/5) sudah memakan korban warga sipil Palestina mencapai 214 jiwa, dengan 58 anak-anak dan 34 perempuan. Konflik ini, kata pengamat dunia Islam yang juga Sekretaris Lakpesdam PCNU Kota Malang Yusli Efendi, merupakan ejawantah dari awetnya spiral kekerasan dan siklus permusuhan antara bangsa Palestina dan Israel. Konflik ini juga meredupkan asa hidup bersama dalam perdamaian.

 

"Komunitas internasional mengkhawatirkan eskalasi pertempuran ini seperti dua tragedi di Gaza tahun 2008 dan 2014 dengan ribuan korban warga sipil," ungkap Yusli Efendi saat dimintai keterangan oleh NU Online, Selasa (18/5).

 

Dikatakan Yusli, ada beberapa pemicu yang menyebabkan perang di Palestina pecah. Berawal di Yerussalem saat Israel menutup Gerbang Damaskus, pintu di barat laut yang menuju Nablus, kemudian tentara Israel (IDF/Tzahal) melakukan pengepungan dan provokasi saat kaum Muslimin tarawih di Masjid Al-Aqsa.

 

"Selanjutnya ada pengusiran 6 keluarga Palestina yang tinggal di daerah Syaikh Jarrah di Yerussalem Timur akibat dikalahkan oleh putusan Mahkamah Agung Israel yang bias," tambah Dosen Hubungan Internasional FISIP Universitas Brawijaya (UB). 

 

Yusli melanjutkan, kondisi ini memancing protes dari warga Palestina dan protes tersebut kemudian segera bereskalasi menjadi konfontasi berkekerasan antar-pendemo Palestina dengan Israel.

 

Keesokan harinya, sambung Yusli, tentara Israel mengepung dan menutup lingkungan Masjid Al-Aqsa serta mengusir kaum muslimin menggunakan peluru karet, granat kejut, dan pelontar gas. 

 

"Warga Palestina melawan dengan lemparan batu," kata dosen pengampu Studi Timur Tengah dan Politik Islam Global itu.

 

Kekerasan ini, sambungnya, terjadi pada tanggal 8 Mei 2021 M bertepatan dengan tanggal 27 Ramadhan 1442 H, waktu yang diyakini terjadi peristiwa malam lailatul qadar dan bersesuaian dengan “Hari Yerussalem” yang akan diperingati kelompok kanan Israel namun kemudian dibatalkan.

 

Aksi militeristik Israel itu mengundang gerakan Hamas -yang menguasai Gaza- untuk ikut masuk dalam konflik dan melegitimasi aksi pembelaan terhadap warga Palestina. 

 

"Hamas mengultimatum agar IDF meninggalkan Masjid Al-Aqsa dan daerah Syaikh Jarrah pada 10 Mei jam 6 petang," imbuhnya.

 

Setelah ultimatum diabaikan IDF, Hamas melakukan serangan dengan roket ke selatan Israel melalui Gaza. Hingga kini, ratusan varian roket Hamas telah diluncurkan ke wilayah Israel yang menangkalnya dengan sistem pertahanan udara Iron Dome. Sebaliknya, Israel telah menyerang wilayah Palestina dengan ratusan serangan udara.


Kontributor: Aiz Luthfi
Editor: Kendi Setiawan