Nasional

Pengajian Dialogis Permudah Masyarakat Pahami Islam

NU Online  ·  Rabu, 29 Juni 2016 | 16:01 WIB

Kudus, NU Online
Menjelang Ramadhan, sekitar 600 orang dari berbagai lapisan masyarakat memadati Pengajian Pitulasan di pendopo Yayasan Makam dan Masjid Menara Sunan Kudus (YM3SK), Jawa Tengah. Tradisi khas Kudus tiap Ramadhan sejak puluhan tahun lalu ini merupakan pengajian dialogis. Hadirin dapat langsung menanyakan berbagai persolan Islam maupun kehidupan secara umum dengan narasumber.

Hadir dalam kesempatan yang dimoderatori oleh KH M Faruq Senin (27/6) malam tersebut, empat kiai besar Kudus yang menjadi narasumber, yakni KH Nadjib Hassan, KH Ulil Albab Arwani, KH Hasan Fauzi, KH Arifin Fanani.

Adapun tema utama yang disampaikan pada pengajian dialogis tersebut adalah bab zakat. KH Nadjib Hassan dalam pengantar materinya menuturkan bahwa pembahasan tentang zakat sangat penting, meskipun ibadah ini dilakukan setahun sekali, tetapi tidak sedikit yang tidak tahu atau lupa mengenai tata caranya.

"Masalah yang berkaitan zakat semakin lama semakin berkembang. Tidak ada salahnya kita mempelajari lagi pembahasan tentang zakat," ujar kiai yang juga Ketua YM3SK itu.

Dengan suguhan kopi hangat yang disediakan oleh panitia untuk seluruh hadiran, malam itu ada belasan hadirin yang mengacungkan jari lalu menanyakan 1-3 masalah tentang zakat yang dihadapkan dengan perkembangan zaman yang semakin kompleks. Tidak sedikit juga hadirin yang menanyakan beragam masalah di luar bab zakat. Tak jarang ada yang menanyakan dari masalah sepele, konyol sampai masalah aktual.

Secara bergantian, satu demi satu para kiai yang menjadi narasumber itu menjawab dengan berlandaskan keterangan atau kaidah yang ada di dalam kitab-kitab kuning dalam tradisi kalangan Ahlussunnah wal-Jama'ah.

Saifur Rohman, hadirin asal Desa Kaliwungu, Kudus, mengungkapkan pengajian dialogis ini menambah wawasan dan ilmu yang bermanfaat bagi masyarakat.

"Terutama pengajian dialogis. Jarang-jarang ada di tengah masyarakat karena biasanya hanya orang-orang tertentu saja. Ini kesempatan besar bagi kita sebagai pemula, pelajar maupun orang dewasa campur menjadi satu untuk bertukar pikiran," ungkap pria yang menanyakan hukum Kebiri Kimia bagi pelaku kekerasan seksual pada anak.

Senada dengan Rohman, Bahrul Ulum, pelajar asal Desa Mlati, Kudus ini merasa mendapatkan banyak manfaat. Bagi pemuda yang menanyakan masalah zakat ini menilai pengajian dialogis tersebut membuka wawasan baru tentang hukum-hukum Islam yang terkadang dianggap sepele, padahal apabila dijabarkan sangat luas isinya.

Di ujung acara, sekitar pukul 12 malam, para kiai tidak lupa meminta maaf tatkala ada hal-hal yang dirasa kurang atas jawaban diberikan. "Semoga acara ini mendapatkan barokah dan manfaat," pungkas Kiai Nadjib Hassan yang juga Ketua Lembaga Bahtsul Masail PBNU. (M. Zidni Nafi'/Abdullah Alawi)