Nasional

Pengabdian Tanpa Batas Kiai Hasyim Latif untuk NU

NU Online  ·  Kamis, 2 Mei 2019 | 04:30 WIB

Pengabdian Tanpa Batas Kiai Hasyim Latif untuk NU

Workshop dan bedah buku di Umaha, Sidoarjo.

Sidoarjo, NU Online
Para aktivis dan pendahulu di Nahdlatul Ulama adalah sosok yang mampu memberikan teladan bagi kalangan generasi muda. Tidak semata kedalaman ilmu yang dimiliki, juga khidmat yang layak menjadi teladan hingga kini.

Hal itu yang mengemuka dari kegiatan bedah buku berjudul NU Penegak Panji Ahlussunnah wal Jamaah karangan KH Hasyim Latif, Rabu (1/5). Kegiatan berlangsung di aula Universitas Maarif Hasyim Latif atau Umaha, Sepanjang, Sidoarjo, Jawa Timur.

Menurut salah seorang narasumber bedah buku, KH Ali Maschan Moesa, sosok penulis buku adalah kiai yang mengesankan. “Kiai Hasyim Latif adalah sosok yang mengesankan, dan saya terkesan betul,” kata kiai yang pernah menjadi Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur ini.
 
Bahkan dalam pandangan guru besar Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tersebut, Kiai Hasyim Latif  bisa mengantarkannya cinta kepada Nahdlatul Ulama. “Beliau itu kiai politik saya yang makin membuat saya cinta NU,” katanya di hadapan peserta bedah buku.

Kiai Ali Maschan kemudian menceritakan bahwa pada tahun 80-an, sebulan sebelum kewafatan KH Bisri Syansuri, Rais Aam PBNU, bahwa Kiai Hasyim Latif memanggil dirinya. “Waktu itu saya menjadi Ketua Koordinator Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Jawa Timur,” kenangnya. 

Kiai Hasyim Latif meminta dirinya dan para pengurus PMII agar sowan ke para kiai NU. "Kala itu beliau memberi sangu (uang) kami, dan terakhir sowan kepada Kiai Bisri Syansuri,” ujarnya.

Dalam pandangan Rektor Universitas Islam Kadiri (Uniska) Kediri ini, kiai sebagai sosok yang demikian bermakna, “Tanpa kiai, kita ini tak ada apa-apanya,” ungkapnya.

Sedangkan narasumber kedua, H Sholeh Hayat menambahkan bahwa penulis buku sebagai sosok dermawan sekaligus teliti. “Dan beliau adalah kiai yang rajin mengarsip dokumen,” jelasnya.

Yang juga menonjol dari pribadi Kiai Hasyim Latif sebagai insan yang teliti, juga dermawan. “Termasuk ahli dalam bidang administrasi,” katanya.

Demikian pula yang melekat pada Kiai Hasyim Latif adalah sendiko dawuh atau senantiasa taat terhadap perintah kiai. Diceritakan bahwa suatu ketika diminta menjadi sekretaris. Lalu Kiai Hasyim Latif berkata: “Ditaruh di mana saja saya akan mengabdi di NU,” ujarnya.

H Sholeh Hayat sendiri meneruskan ketekunan Kiai Hasyim Latif dalam bidang pengarsipan bahkan lembaga pendidikan yang dikelola saat ini menjadi contoh. “Yayasan Pendidikan Maarif yang didirikan Kiai Hasyim Latif layak menjadi contoh nasional,” akunya.

Sementara itu narasumber berikutnya, Ustadz Yusuf Suharto banyak menceritakan tentang isi buku dan proses penerbitannya. Ia antara lain menyatakan bahwa Wali Songo berbeda pendekatan. 

“Sunan Ampel itu mendidik dengan sistem pesantren. Sunan Giri berdakwah kepada struktural Majapahit, sehingga banyak adipati yang masuk Islam,” tandasnya. (Ibnu Nawawi)