Nasional

Peneliti Sebut Lima Upaya NU Tangkal Radikalisme

Kam, 24 Oktober 2019 | 14:30 WIB

Peneliti Sebut Lima Upaya NU Tangkal Radikalisme

Bendera Nahdlatul Ulama (NU).

Jakarta, NU Online
Peneliti senior Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M), Agus Muhammad, menyatakan bahwa Nahdlatul Ulama (NU) telah melakukan sejumlah respons dalam menangkal radikalisme. Ia mencatat setidaknya ada lima upaya yang dilakukan NU.

Pertama, Islam Nusantara. Islam Nusantara merupakan ijtihad NU untuk memperkenalkan kekhasan Islam Indonesia sekaligus mengembalikan pemahaman dan gerakan Islam pada budaya Indonesia yang ramah, toleran, dan moderat.

Menurut Agus, NU mulai mengampanyekan istilah tersebut pada saat Muktamar NU  ke-33 di Jombang 2015. Namun, kata agus, muncul perlawanan dari kelompok yang kontra terhadap istilah itu.

"Tetapi justru karena adanya tantangan yang begitu rupa dari kelompok kanan terhadap istilah ini, ini menjadi kampanye gratis memunculkan ghirah sebegitu rupa di kalangan NU, termasuk di kalangan peneliti, di kalangan dosen untuk menulis tentang Islam Nusantara," katanya saat acara Diseminasi Hasil Penelitian INFID di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (24/10). 

Penelitian INFID tersebut dilakukan pada Maret hingga Agustus 2019 dengan tema 'Peran Organisasi Islam Moderat dalam Menangkal Ekstremisme Kekerasan: Studi Kasus Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah'.
 
Kedua, penerbitan buku. Ia mengatakan, penerbitan buku, baik langsung maupun tidak, telah memberikan pemahaman mengenai pentingnya moderasi beragama dan pencegahan radikalisme di Indonesia. 

Penerbitan buku dilakukan secara masif oleh Nahdliyin dan lembaga resmi resmi NU. Ia mencatat, sebelum pelaksanaan Muktamar NU di Jombang, buku bertemakan Islam Nusantara tidak lebih dari 4 buku. Namun, sambungnya, pasca muktamar itu, lebih dari 30 buku Islam Nusantara diterbitkan.

"Buku-buku (Islam Nusantara) sebelum 2015, saya mencatat ada 4 buku yang lahir sebelum 2015, tetapi setelah 2015, buku-buku Islam Nusantara betul-betul melimpah," katanya.

Ketiga, gerakan online. Gerakan online ini dilakukan NU untuk mengimbangi penyebaran radikalisme yang juga melalui media yang sama. Menurutnya, gerakan online ini menjadi pilihan yang secara sungguh-sungguh dilakukan NU, baik melalui media resmi NU, seperti NU Online, Tim Aswaja Center, dan PP GP Ansor maupun media yang dikembangkan oleh pribadi-pribadi yang secara ideologis dan organisatoris berafiliasi ke NU, seperti Komunitas Gusdurian, Islami.co, dan Alif.id.

"Perlawanan melalui media online itu dilakukan sangat masif, bukan hanya oleh PBNU dan LTN atau NU Online, tetapi juga banyak oleh aktivis media sosial dan temen-temen di bawah yang secara struktural tidak terkait dengan PBNU," katanya.

Keempat, kaderisasi. Kaderisasi yang saat ini gencar dijalankan PBNU merupakan amanat Muktamar NU ke-32 di Makasar pada 2010. Kaderisasi dilakukan secara masif oleh Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (PKP-NU) dan Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU) di semua tingkatan.

"Lagi-lagi dalam kaderisasi ini radikalisme dan kebangsaan menjadi topik wajib. Jadi kaderisasi itu betul-betul sangat masif. Hampir tidak ada menurut saya ormas yang melakukan kaderisasi sebegitu masif di Indonesia," ucapnya.

Kelima, implementasi program lembaga dan banom NU. Ia mengatakan, banyak program yang dijalankan oleh lembaga dan banom NU tentang radikalisme. Ia menyebut Lakpesdam sebagai di antara lembaga yang yang masif dalam membuat program tentang bahaya radikalisme.

Pewarta: Husni Sahal
Editor: Muchlishon