Peneliti Alvara Ungkap Tantangan PKB Menghadapi Pemilu 2024
NU Online · Rabu, 21 Agustus 2019 | 11:00 WIB
Pertama, dari struktur demografi Indonesia. Ada sekitar 34 persen anak-anak usia muda yang rentang usianya 17 sampai 34 tahun. Kemudian mayoritas mereka kini telah menetap di perkotaan, dan masuk kelas menengah.
“Jadi secara demografis mereka penduduk kota, milenial kemudian kelas menengah,” kata Hasanudin Ali saat mengikuti Muktamar VI Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Denpasar, Bali, Rabu (21/8).
Hasanudin melihat tantangan pertama inilah yang dihadapi PKB maupun NU dalam struktur demografi. Sebab basis massa keduanya sama yakni mereka yang tinggal di desa dengan pendapatan menengah ke bawah.
“NU dan PKB mayoritas orang desa, kelas menengah ke bawah mayoritas di desa” ujar Hasanudin.
Tantangan kedua, kata Hasanudin, munculnya kompetensi baru berbasis revolusi indutri 4.0. Diketahui bersama, saat ini digitalisasi merasuk ke semua sektor kehidupan. Perubahan perilaku masyarakat yang semakin digital tersebut direspons dengan kebiasaan orang yang tak bisa lepas dari gadget.
“Ketiga, tantangan tren intoleransi dan radikalisme. Kalau tantangan ini sudah jelas NU dan PKB sudah terlibat sangat dalam melawan intoleransi dan radikalisme,” ungkapnya.
Hasanudin mengapresiasi atas lahirnya 'Seruan Bali' yang dihasilkan dari forum Munas Alim Ulama PKB yang dengan cepat merespons ketiga tantangan tersebut, terlebih terkait dengan model dakwah.
“Misalkan poin kedua. Model dakwah Wali Songo yang ramah dengan kebudayaan lokal penting untuk merespons hal itu,” katanya.
Hasanudin lalu memberikan masukan kepada PKB guna menghadapi tiga temuan yang dilihat sebagai sebuah tantangan itu.
Pertama, soliditas partai menjadi kunci utama karena ketiga tantangan tersebut tidak mudah dihadapi. “Maka harus solidkan gerak satu langkah dari atas sampai ke bawah.”
Selain itu, PKB juga harus membuka diri terhadap kader lintas keilmuan, dan memasukkan lintas keahlian. Hal ini untuk menjawab tantangan di era digitalisasi.
Sedangkan untuk merespons pemilih muda yang angkanya semakin besar pada tahun 2024 mendatang, ia menyarankan untuk memasukkan kader kelahiran tahun 80an ke atas dalam struktur partai.
“Anak muda itu bisa didekati oleh anak muda sendiri. Maka anak muda harus diberi ruang dalam struktur PKB.”
Poin penting lainnya kata Hasan, adalah PKB tak boleh lupa pada konstituen tradisionalnya, yakni kalangan NU. Menurut survei Alvara, mereka yang terafiliasi dengan NU dari semua penduduk Muslim adalah setengah dari penduduk Muslim Indonesia.
“Satu dari dua orang Muslim itu adalah NU. Nah ini pemilih yang tak boleh ditingalkan PKB,” ujarnya mengakhiri.
Terpopuler
1
Soal Tambang Nikel di Raja Ampat, Ketua PBNU: Eksploitasi SDA Hanya Memperkaya Segelintir Orang
2
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
3
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
4
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
5
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
6
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
Terkini
Lihat Semua