Nasional

Penanganan Cepat, Dunia Usaha Tak Terpangaruh Teror Bom

NU Online  ·  Sabtu, 19 Mei 2018 | 06:00 WIB

Penanganan Cepat, Dunia Usaha Tak Terpangaruh Teror Bom

Ketua Umum Inkopsim, HM Al Khaqqoh Istifa

Blitar, NU Online 
Langkah cepat polisi dalam mengangani rentetan kasus teror bom di sejumlah tempat yang diikuti dengan penangkapan 20 lebih terduga teroris, layak diacungi jempol. Sebab, hal itu akan memberikan ketenangan  dan suasana yang kondusif di tengah-tengah kehidupan masyarakat. 

Demikian diungkapkan Ketua Umum Induk Koperasi Syirkah Muawanah (Inkopsim), HM Al Khaqqoh Istifa kepada NU Online di sela-sela acara Silaturrahim & Economic Focus di Blitar, Jawa Timur, Sabtu (19/5).

Menurutnya, kecekatan, kecepatan dan ketepatan polisi dan pihak-pihak terkait dalam menangani kasus teror bom perlu didukung oleh segenap  lapisan masyarakat. Dukungan masyarakat, bisa dalam bentuk doa, memberikan informasi terkait adanya hal-hal yang mencurigakan seputar teroris, atau bahkan dukungan materi dan sebagainya.

“Polisi sangat membutuhkan support dari masyarakat agar makin semangat untuk membasmi teroris. Jadi komentar-komentar tak perlu, bahkan terkesan memberi angin pada terorisme, saya kira perlu dihindari walaupun misalnya tak senang pada pemerintah,” jelas Gus Khaqqoh, sapaan akrabnya.

Ia menambahkan bahwa kasus teror bom sedikit banyak telah  mempengaruhi kondusifitas dunia usaha. Sebab, ketakutan dan kekhawatiran masyarakat akan terjadinya bom susulan, tentu membuat masyarakat berpikir ulang untuk  menjalankan roda usahanya.

“Dampak teror terhadap kegiatan ekonomi sangat signifikan walaupun sesaat, tergantung cepat tidaknya pemerintah memulihkan kondisi masyarakat," uraianya. 

Menurut Gus Khaqqoh, Kalau teror bom di Indonesia, memang pemulihannya cepat, sehingga pengaruhnya terhadap dunia usaha, tak begitu terasa. Teror bom di Jakarta dan Surabaya, tak berpengaruh signifikan terhadap dunia usaha. Beda dengan  teror bom  yang terjadi di negara-negara Timur Tengah, pemulihannya sangat lama, dan di situ dunia usaha mati.(Aryudi Abdul Razaq/Muiz