Nasional

Pemberi Nasihat yang Paling Pas adalah Kematian

NU Online  ·  Jumat, 28 Maret 2014 | 12:25 WIB

Yogyakarta, NU Online
Ba’da isya, Selasa (25/3) kemarin, para santri dan masyarakat Yogyakarta berbondong-bondong ke halaman Pesantren Al-Munawir Krapyak. Satu demi satu, kursi yang disediakan oleh panitia terisi penuh, hingga jamaah yang terlambat duduk di teras masjid. Tepat pada pukul 20.30 WIB acara doa bersama 40 harinya KH. Zainal Abidin Munawwir dimulai.<>

Usai doa dan tahlil bersama, dengan suara yang khas, Katib Aam PBNU, Malik Madani memberikan mauidhah hasanah. “Sebenarnya pemberi mauidhah bukanlah saya. Tiap kali saya mengisi mauidhah hasanah dalam acara kematian, saya teringat dengan perkataan Sayyidina Ali. Bahwa pemberi mauidhah atau nasihat yang paling representatif adalah kematian itu sendiri.”

Ia juga menyampaikan bahwa soal kematian banyak dikupas tuntas oleh para ulama zaman dahulu dan sekarang. Banyak kitab tentang kematian yang dikarang oleh para ulama zaman dahulu. Misalnya saja imam al-Qurthubi.

“Imam al-Qurthubi di dalam kitabnya sangat detail membicarakan masalah kematian. Selain imam al-Qurthubi adalah Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, yang membahas dalam salah satu kitabnya secara detail masalah kematian,” ungkap KH. Malik Madani di tengah para jamaah tahlil.

Selain itu, KH. Malik Madani juga mengungkapkan bahwa Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah memberikan argumentasi yang sangat lengkap terkait masalah doa yang dikemas untuk orang yang sudah meninggal. (Nur Sholikhin/Anam)