Nasional

Pemahaman Tekstual Berpotensi Timbulkan Radikalisme

NU Online  ·  Senin, 16 April 2012 | 11:19 WIB

Kembaran, NU Online
Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) NU Banyumas, M Ridwan menyebut cara pandang tekstual dalam beragama, bisa menjadi bibit potensi radikalisme. <>

Pada posisi inilah, memahami ajaran agama secara utuh dan menyeluruh sangat ditekankan. "Kalau hanya memahami agama secara tekstual, maka kemungkinan tumbuh radikalisme dalam diri seseorang juga terbuka," kata dosen STAIN Purwokerto tersebut. 

Radikalisme, kata Ridwan bisa terlihat dari cara berpikir (manhajul fikri) atau gerakan (manhaj al haraki). "Dalam posisi ini, kaum muda memiliki potensi besar. Mengingat, mereka tengah dalam proses pencarian jati diri, berwacana termasuk soal agama," katanya. 

Untuk menghindari itu, Lakpesdam NU bekerjasama dengan Lembaga Dakwah NU (LDNU) Banyumas menggelar workshop Ahlussunnah wal jamaah di pesantren Darussalam, Dukuhwaluh, kecamatan Kembaran, Banyumas belum lama ini. 

"Workhsop ini untuk penguatan keilmuan, khususnya generasi muda NU. Bagaimana mestinya mereka berpikir, bergerak dengan berpedoman pada Aswaja," kata pria yang pernah mengupas tentang politik Islam tersebut. 

Secara garis besar, lanjut Ridwan, setidaknya ada lima model berpikir Aswaja yang dipahami NU. Yakni fikrah tawassuthiyyah (pola pikir moderat), tasamuhiyah (pola pikir toleran), ishlahiyyah (pola pikir reformatif), tathowwuriyah (pola pikir dinamis) dan manhajiyah (pola pikir metodologis).

Workhsop sendiri diikuti oleh Ansor, IPNU-IPPNU, Muslimat, Fatayat, PMII dan elemen pemuda lainnya. Selain itu, terdapat pula peserta dari NU Cabang Purbalingga. 

Ketua PCNU, KH Taefur Arofat berharap, workshop terpadu itu sekaligus bisa menambah kecintaan generasi muda terhadap nilai ajaran NU. Rais Syuriyah PCNU, KH Ahbib Mukti juga hadir dalam kesempatan tersebut. 

Sementara itu, mantan Ketua PCNU yang juga Pengasuh pesantren Darussalam, KH Khariri Shofa didaulat menjadi pembicara. Ada juga Pengasuh pesantren Roudlotul Quran, Sirau, KH Attabik Yusuf Zuhdi yang mengisi materi workshop sesi kedua.



Redaktur    : Mukafi Niam
Kontributor: Roedjito el Fateh