Nasional

Pegang Teguh Khittah NU sebagai Panduan Berorganisasi

NU Online  ·  Jumat, 13 Januari 2017 | 08:00 WIB

Situbondo, NU Online
Memperteguh Khittah NU 1926 merupakan langkah penting untuk menyikapi berbagai persoalan yang berkembang di segala lini kehidupan. Langkah ini dilakukan sebagian kiai dan tokoh nasional dalam Seminar Refleksi 33 Tahun Khittah NU, Rabu-Kamis (11-12/1) di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur.

Ketua Panitia MN. Harisuddin yang juga ditunjuk sebagai juru bicara kegiatan tersebut mengemukakan bahwa Khittah NU adalah panduan, alat ukur dan haluan organisasi bagi pengurus di semua level. 

"Dan warga NU dalam menyikapi berbagai permasalahan kekinian yang sangat dinamis dan cepat berubah atau mutaghayyirat baik level kebangsaan, keislaman dan keorganisasian," jelas Katib Syuriyah PCNU Jember ini.

Dikatakannya, berbagai permasalahan kebangsaan, keislaman dan keorganisasian harus disikapi sebagai realitas yang dipengaruhi oleh konstelasi global. Karena itu harus disikapi oleh NU dengan menggunakan konsepsi dasar yang ada dalam Khittah NU, lanjutnya di hadapan Menteri Agama RI dan peserta halaqoh ulama tersebut.

Ketua panitia seminar ini mengemukakan bahwa Khittah NU merupakan formula untuk menyembuhkan permasalahan yang terjadi di tengah warga NU, baik kebangsaan, keagamaan dan organisasi.

"Terakhir, memperkuat dan memperbaiki diri perlu dilakukan seluruh warga dan pengurus dalam rangka menciptakan kemandirian NU sebagaimana dimandatkan khittah," pungkas Dosen Pascasarjana IAIN Jember ini.

Hadir beberapa tokoh dalam seminar ini, diantaranya Rais Aam PBNU KH Ma’ruf Amin, Ketua PWNU Jatim, KH M Hasan Mutawakkil Alallah, KH Nawawi Abdul Jalil (Sidogiri), Wasekjen PBNU KH Abdul Mun’im DZ, KH Afifuddin Muhajir, Menag Lukman Hakim Saifuddin, serta KH Raden Ahmad Azaim Ibrohimy selaku pengasuh pesantren setempat, dan beberapa tokoh lainnya. (Ibnu Nawawi/Fathoni)