Nasional HARLAH KE-63 FATAYAT NU

PBNU: Pegang Teguh Keislaman dan Keindonesiaan!

NU Online  ·  Kamis, 25 April 2013 | 07:05 WIB

Jakarta, NU Online
Ketua PBNU Slamet Effendi Yusuf mengatakan, organisasi-organisasi di bawah NU herus berpegang teguh pada keislaman dan keindonesian. Sangat tepat, dalam Harlah ke-63, Fatayat NU mengambil tema “Meneguhkan karakter keislaman dan keindonesiaan”.
<>
Hal itu diungkapkan Slamet pada peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-63 Fatayat NU di gedung Langen Palikrama, Pegadaian, Jakarta Pusat, Rabu, (24/4).

Kata Slamet, keislaman dan keindonesiaan harus menjelma dalam pemikiran, pandangan, dan perrbuatan sehari-hari Fatayat NU, “Organisasi di bawah NU tak boleh mengabaikan kondisi bangsa, kondisi umat Islam,” katanya.

Slamet juga mengatakan, bangsa ini tengah terjadi “pertarungan” antara pemikiran leberal dan fundamental. Kekuatan keduanya mempengaruhi persoalan-persoalan kebijakan negara dan perundang-undangan. Juga masuk ke dalam tradisi-tradisi dalam masyarakat, “NU, selalu berada di jalan tengah. Tidak liberal dan fundamental,” tegasnya.

Slamet berpesan, dalam konteks keindonesiaan, kader Fatayat NU harus waspada kepada pemikiran yang mengabaikan peran-peran umat Islam yang turut mendirikan bangsa ini. Juga organisasi yang ingin mengubah Pancasila sebagai dasar negara.

Sekarang ada organisasi yang menganggap Indonesia hanya alamat, karena negara bangsa itu tidak. Demokrasi dianggap barang haram. Mereka berpandangan bahwa negara-negara Islam harus tergabung dalam kekhalifahan.

Tapi, sambung Slamet, bagi NU, Indonesia bukan sekadar alamat, “Indonesia adalah negara yang digayuh para ulama. Indonesia adalah prinsip-prinsip, termasuk di dalamnya Pancasila,” jelasnya.    

 

Penulis: Abdullah Alawi