Nasional

PBNU: Maulid Nabi, Oase di Tengah Panasnya Tahun Politik

Jum, 30 November 2018 | 14:50 WIB

PBNU: Maulid Nabi, Oase di Tengah Panasnya Tahun Politik

KH Abdul Manan Ghani

Jakarta, NU Online
Peringatan Maulid Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang banyak digelar masyarakat harus menjadi momentum untuk menyebar kedamaian dan nilai-nilai kebaikan di tengah tahun politik yang kian memanas. Teladan akhlak Nabi Muhammad perlu dibumikan dengan menjadi pribadi yang menjauhi sikap permusuhan sesama anak bangsa.

Demikian disampaikan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Abdul Manan Ghani. “Maulid Nabi dan istighastah kubro yang digelar di beberapa titik dalam waktu dekat ini menjadi oase kesejukan di tengah tahun politik yang makin memanas dan dipenuhi banyak fitnah,” ujarnya saat dihubungi NU Online, Jumat (30/11).

Pada Ahad (2/12), di sejumlah tempat bakal digelar peringatan Maulid Nabi dan Istighotsah Kubro. Di antaranya di Masjid KH Asy’ari di Jakarta Barat, Masjid Izzatul Islam di Bekasi, Ponpes Nur Antika di Tangerang, Yayasan Al Murodiyah As Salimiyah di Depok, 

Majelis Ratib Maulid dan Talim Ittihaadus Syubban di Depok, Masjid Agung Al-Barkah di Bekasi, dan Pesantren Ainur Rohman Linahdlotil Ulama di Tangerang Selatan. 

”Umat merindukan momen-momen religius menyejukkan, tidak ditungganggi kepentingan politik, dan tidak menanamkan sikap dendam atau membenci orang lain. Akan sangat baik jika kita semua beramai-ramai datang ke majelis seperti Maulid Nabi dan Istighotsah akbar tersebut untuk menggali keteladanan Nabi sekaligus berdoa untuk keselamatan dan kemajuan bangsa tercinta,” ujarnya.

Reuni 212

Terkait digelarnya reuni alumni 212 di Monas Jakarta, Ahad (2/12), KH Abdul Manan menilai hal tersebut tidak perlu dilakukan. Pasalnya, mereka sudah tidak ada lagi kepentingan. "Bagi saya 212 sudah nggak perlu, apa perlunya, apa yang perlu dibela?" ujar Kiai Manan.

Gerakan 212 sebelumnya hadir untuk memprotes pernyataan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Ketika misi itu sudah berhasil, gerakan tersebut menjadi rawan dipolitisasi.

Meski demikian, jika reuni ini tetap diselenggarakan, KH Manan menekankan agar diisi dengan materi-materi menyejukan yang mengedepankan persatuan bangsa. Dari sisi ceramah yang akan disampaikan pun harus bernada menyejukkan. Tidak memancing pergesekan antarkelompok masyarakat. 

"Ceramah-ceramah yang menyejukannya yang bikin tenang masyarakat," imbuhnya.

Selain itu, ceramah tersebut juga harus yang sesuai dengam kebutuhan masyarakat. Dengan mengedepankan doa-doa yang baik. Meliputi doa untuk agama, maupun doa untuk kehidupan dunia dan akhirat. 

"Yang sejuk itu sesuai kebutuhan umat, jangan umat digiring-giring untuk kepentingan politik tertentu," pungkas Kiai Manan. (Red: Mahbib)