Nasional

PBNU dan Indosat Kerja Sama di Bidang Pendidikan

NU Online  ·  Jumat, 28 Desember 2018 | 09:05 WIB

Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama bekerja sama dengan PT Indosat dalam bidang pendidikan. Kerja sama tersebut dalam penyaluran dana Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) dari PT Indosat Tbk untuk mendukung kegiatan-kegiatan PBNU di bidang Pendidikan.

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj yang didampingi Ketua PBNU KH Manan Abdul Ghoni, H Robikin Emhas, H Hanief Saha Ghofur, Bendahara Umum PBNU H Bina Suhendra, dan Wasekjen PBNU H Andi Najmi Fuadi menerima langsung penyaluran dana sebesar 400 juta tersebut di Gedung PBNU, Jakarta, Jumat (28/12).

Sementara dari PT Indosat Tbk hadir langsung Direktur Utama (Dirut) Chris Kanter, Group Head Corporate Communication Indosat Ooredoo Turina Farouk, dan Media Relation Manager Eni Nur Ifati.

Dirut Chris Kanter berharap, penyaluran dana ini sebagai awal kerja sama kedua belah pihak. “Kami berharap ini awal kerja sama,” katanya.

PT Indosat menyalurkan dananya ke PBNU karena meyakini bahwa berbagai program yang ada di PBNU memberikan manfaat untuk masyarakat banyak.

“Kami yakin, pasti program-program yang dirancang PBNU membawa manfaat untuk umat. Jadi kami gak ragu untuk penyalurannya,” jelasnya.

Sementara Kiai Said sendiri mengatakan bahwa penyaluran dana PT Indosat ke PBNU telah tepat karena NU banyak memiliki pesantren, madrasah, masjid, majelis taklim, dan perguruan tinggi. 

“Jadi bapak (Dirut PT Indosat Tbk) sangat benar ke PBNU. Kami ada 21 ribu pesantren, santri 4 juta, madrasah 13 ribu, masjid 800ribu,” kata Kiai Said. 

Kiai Said juga mengemukakan tentang peran besar NU bagi Indonesia, sejak merebut kemerdekaan hingga mengisinya.

Menurutnya, sejumlah tokoh NU, seperti Hadratusyekh KH Hasyim Asy’ari dianiaya dan Kiai Zainul Mustofa dari Tasikmalaya dibunuh oleh penjajah karena menolak bekerja sama. Begitu juga pertempuran heorik yang terjadi di Surabaya. Seusai kemerdekaan, peran NU tidak kalah penting, yakni ketika menghapus tujuh kata yang tertera pada Piagam Madinah.

Saat itu, masyarakat Indonesia bagian timur menolak tujuh kata itu dan mengancam mengeluarkan diri dari Indonesia jika tidak dihapus. Kiai Wahid Hasyim langsung bertolak ke bapaknya, Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari untuk meminta pendapatnya sampai akhirnya tujuh kata itu dicoret.

Selain itu, NU juga menjaga NKRI dengan melawan dari Partai Komunis Indonesia (PKI) dan kini, peran NU tidak hanya menjaga wilayah Indonesia, tetapi juga kebudayaan dan jati diri bangsa Indonesia. (Husni Sahal/Abdullah Alawi)