Orang yang Berpuasa dan Tidak Berpuasa Diminta Toleransi

Subang, NU Online
Kasus Ibu Saeni yang membuka warung makan di Kota Serang dan digrebek Satpol PP cukup menarik perhatian publik. Perihal ini, menurut KH Maman Imanulhaq, kedua belah pihak dianggap sama-sama tidak toleran.

"Bu Saeni salah karena berdagang di siang hari dan melanggar perda setempat, Satpol PP pun demikian karena terkesan arogan. Jadi saya kira keduanya sama-sama tidak toleran," kata Kiai Maman dalam kegiatan Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan yang digelar di Aula Gedung Dekopinda, Subang, Sabtu (18/6).

Pengasuh Pesantren Al-Mizan Majalengka ini menambahkan, sebagai bangsa yang majemuk hendaknya kita bisa saling menghormarti satu sama lain. Orang yang berpuasa hendaknya bisa menghormati orang yang sedang puasa. Begitu pun orang yang tidak puasa mestinya bisa menghormati orang yang sedang puasa.

"Kalau tidak puasa jangan demonstratif. Jangan makan dan minum di tempat keramaian. Kalau mau buka warung makan, sediakan pintu belakang supaya tidak mengganggu aktivitas orang yang sedang berpuasa. Kalau warung makan buka seperti biasa, kesannya adalah tidak ada yang istimewa di bulan Ramadhan," kata Kiai Maman di hadapan ratusan peserta.

Begitu pun sebaliknya, orang yang sedang puasa ketika melihat ada orang yang tidak puasa hendaknya tetap husnuzh zhan barangkali orang itu sedang berhalangan puasa karena dalam ajaran fiqih dijelaskan ada beberapa golongan yang diperbolehkan tidak puasa di bulan Ramadhan.

Anggota DPR RI itu mengimbau masyarakat untuk tetap tenang melaksanakan ibadah puasa dan tidak perlu ikut terlibat dalam polemik kasus Bu Saeni karena menurutnya hal itu tidak ada manfaatnya. Malah justru akan mengurangi kekhusyukan kita dalam melaksanakan ibadah di bulan puasa.

"Biarkan itu diproses sama pihak yang berwenang saja, karena kita orang Subang belum tentu paham keadaan di tempatnya Bu Saeni. Kita puasa saja yang khusyuk, tarawih yang khusyuk, ibadah saja yang khusyuk dan sebagainya," pungkasnya. (Aiz Luthfi/Alhafiz K)