Brebes, NU Online
Nyai Hj Shinta Nuriyah Wahid memandang, Negara Indonesia bagai taman bunga yang besar dan indah. Di dalamnya ada pohon dan bunga yang bermekaran, ada mawar, melati, soka, kantil, anggrek, dan lain lain.
“Bunga bunga itu, tumbuh pada batangnya sendiri semuanya menghiasi taman yang bernama Indonesia,” kata Nyai Hj Shinta Nuriyah Wahid saat mengisi tausiyah Sahur keliling bersama masyarakat Brebes, di pendopo Bupati Brebes, Jawa Tengah, Senin (21/5) dini hari.
Namun demikian, mawar tidak bisa dipaksa jadi melati, kenanga tidak bisa dipaksa jadi soka, dan anggrek tidak bisa dipaksa jadi bunga yang lain. Semuanya berfungsi ditempatnya masing masing, itulah Negara kita, Negara Indoensia yang terdiri dari berbagai macam suku, bangsa, agama, etnis, dan bahasa.
Istri mendiang Gus Dur itu menandaskan, bahwa semua yang hidup di Indonesia adalah saudara-saudara kita. Tidak pantas kita saling bertengkar, saling menghujat, saling mencaci dan lain sebagainya. Di NKRI harus dijaga persatuan dan kesatuannya, dan itu menjadi komitmen dan ajaran semua agama yang menyuruh tentang persatuan dan kesatuan.
Di Indonesia, lanjutnya, agama dan suku bangsa manapun bisa hidup berdampingan tanpa harus mengganggu satu sama yang lain.
Dia juga mengingatkan bahwa Pancasila dan Rukun Islam jangan cuma dihapalkan atau ditempelkan di dinding saja. Karena belum bisa diamalkan semua maka pantas saja masih banyak yang sering menebar hoaks. Banyak yang menebar kebohongan, saling menfitnah, saling menghujat, dan saling menebar kebencian.
“Apa yang terjadi di masyarakat saat ini sungguh miris, kelakuannya sudah tidak pantas dilakukan oleh masyarakat Indonesia,” ungkapnya.
Ini menunjukan sudah banyak yang kehilangan hati nurani, tidak punya nurani lagi. Akhirnya tali persaudaraan kian longgar, gampang diputuskan oleh orang lain, bila sudah diputuskan maka yang terjadi berantakan, Indonesia akan hancur oleh ulah tangan rakyatnya sendiri.
Yang harus dilakukan, lanjutnya, yakni merajut kembali serpihan serpihan tali yang telah berserakan diobrak-abrik agar kita rajut kembali.
“Mumpung bulan puasa, marilah kita kembangkan kearifan, kejujuran dan kebenaran untuk merajut kembali persaudaraan anak bangsa,” ajaknya.
Bupati Brebes Hj Idza Priyanti atas nama masyarakat mengaku gembira atas kedatangan Nyai Hj Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid. Kedatangannya sangat dinanti masyarakat Brebes karena bisa memberi pencerahan dan kebahagiaan tersendiri.
Idza juga meminta doa kepada Nyai Hj Shinta dan masyarakat Brebes agar terhindar dari musibah yang menimpa Brebes. Seperti kejadian tragedi tabrakan beruntun yang menewaskan 12 korban.
Dalam kesempatan tersebut, juga diberikan santunan kepada kaum duafa, anak yatim piatu, tukang becak, dan fakir miskin sebanyak 400 orang. (Wasdiun/Muiz)