Jakarta, NU Online
Wakil Sekretaris Jenderal PBNU Hery Haryanto Azumi menegaskan peran penting Nahdlatul Ulama bagi bangsa Indonesia karena para ulama NU memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi.
"Jika tanpa NU, Indonesia bubar," kata Hery saat mengisi acara Peluncuran Bedah Buku Ideologi Kaum Fundamentalis, Menjawab Kegalauan Persoalan Agama dan Negara, di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Sabtu (2/6).
(Baca: LKSB Luncurkan Buku Ideologi Kaum Fundamentalis)
Hal tersebut karena NU merupakan organisasi yang dihuni para ulama, yang mampu bergerak dengan cepat dalam mengatasi persoalan-persoalan penting dan mengancam eksistensi negara.
Menurut Hery, fatwa Resolusi Jihad yang dicetuskan Rais Akbar NU Hadratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy'ari untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia menjadi fakta sejarah, sehingga negara yang memiliki 17 ribu pulau ini masih ada sampai sekarang.
"Kita tidak pernah bisa membayangkan bagaimana jika tidak ada peristiwa 10 November di Surabaya yang didahului fatwa Resolusi Jihad di Jombang," kembali Hery menegaskan.
Untuk terus menjaga Indonesia, Hery mengingatkan pekerjaan rumah ke depan yang harus dilakukan kepada generasi muda, yakni menanamkan pandangan cinta tanah air karena mereka yang akan melanjutkan keberlangsungan negara Indonesia.
(Baca: Piagam Madinah Inspirasi Negara Indonesia)
"Mereka (generasi muda) pewaris bangsa ini, pewaris negara ini," jelas pria yang juga menjabat sebagai Sekjen Majelis Dzikir Hubbul Wathon (MDHW) itu.
Sebelumnya Hery menyebut Indonesia lahir karena adanya inspirasi Piagam Madinah. Artinya, penerapan sistem hukum dan tata kelola negara yang berlaku di Inonesia tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Buku Ideologi Kaum Fundamentalis, Menjawab Kegalauan Persoalan Agama dan Negara merupakan karya Antonius Dwi Hendro Sunarko Ginting dan Direktur Eksekutif LKSB Abdul Ghopur. Kegiatan diskusi terselenggara atas keja sama LKSB dan Dokter Bhineka Tunggal Ika (DBTI).
Diskusi dilaksanakan dalam rangka refleksi hari lahir Pancasila. Selain Heri Haryanto Azumi turut hadir Anggota Komisi II DPR RI H Yanuar Prihatin, Aktivis 1998 Ulung Rusman, dan Tokoh Pergerakan H Sudarto. (Husni Sahal/Kendi Setiawan)