Nasional JELANG MUKTAMAR NU KE-33

NU Organisasi Ulama, Syuriyah Penentu Kebijakan

Sel, 2 Juni 2015 | 06:01 WIB

Tangerang, NU Online
Ketua Muktamar ke-33 NU H Imam Azis mengatakan NU adalah organisasi para ulama sebagai wasilah mengembangkan dan mempertahankan ajaran Ahlussunah wal-Jamaah (Aswaja). Dengan demikian, ber-NU, kita beribadah. Ada nilai ibadah di situ.
<>
“Jangan sampai NU disamakan dengan organisasi lain karena NU organisasi ulama,” katanya pada pengajian rutin bulanan KH Abuya Muhtadi Dimyati di Pondok Pesantren Raudlotus Salam Cimone, Kota Tangerang, Banten Senin (1/6) malam.

Oleh karena itu, kata salah seorang Ketua PBNU, ini kita mempertahankan ulamalah (Syuriyah) yang betul-betul menentulakan corak dan penentu kebijakan organisasi. Sementara tanfidziyah adalah santri yang taat penuh pada kiai, ajengan, masyaikh, tuan guru, anregurutta, tengku, tuanku.

“Santri tak boleh menentang kiai. Santri harus di bawah kiai. Tata organisasi ini harus dipertahankan,” tegasnya di hadapan lebih 500 kiai dan santri.

Menurut dia, insya Allah NU akan mengubah tata cara pemilihan Syuriyah supaya kedudukan ulama berada di tempat tertinggi dan menjadi pedoman. Cara pemilihannya melalui Ahlul halli wal aqdi.

Pemilihan model itu, lanjut dia, pengurus Cabang NU akan memilih ulama-ulama terkemuka di Indonesia yang nantinya bertugas memilih Rais Aam NU. “Yang memilih Rais Aam adalah ulama yang betul-betul ulama. Mohon doanya usaha kita mempertahankan NU sebagai organisasi ulama. Semoga diridoi Allah,” ungkapnya seraya diamini hadirin.

Pada pengajian itu, ia mengabarkan dan mengundang hadirin untuk datang pada muktamar ke-33 NU yang akan berlangsung di empat pondok pesantren Jombang 1-5 Agustus 2015. “Jombang ini tempat para muassis NU. Kita akan tabarukan bersama kepada para muassis,” ungkapnya.

Menurut dia, Mukktamar NU ini akan diikuti seluruh ulama Indonesia yang berjumlah 5500 orang. Akan dihadiri ulama-ulama negara sahabat, para pengamat asing maupun dalam negeri, serta warga NU sendiri. (Abdullah Alawi)