Nasional

NU Jember Serukan Orang Tua Dukung Gerakan Ayo Mondok

NU Online  ·  Selasa, 19 April 2016 | 15:03 WIB

Jember, NU Online
Kiai MN Harisudin mendukung Gerakan Nasional Ayo Mondok. Katib Syuriyah NU Jember mendorong semua elemen orang tua untuk memerhatikan pendidikan anaknya. Ia mengimbau orang tua memondokan anak-anak mereka di pesantren.

“Gerakan Ayo Mondok, hemat saya, sangat bagus. Ini ide brilian untuk mendidik anak-anak bangsa ini menjadi lebih baik. Jangan biarkan anak-anak didik kita dididik secara sekuler. Kalau sudah sekuler, jangan salahkan anaknya,” kata Kiai Harisudin di Kantor PCNU Jember, Selasa (19/4) pagi.

Di tengah-tengah tantangan moralitas anak-anak masa sekarang, pesantren adalah sekolah prioritas untuk mendidik anak-anak saleh yang berkarakter. Di pesantren, anak kita dididik untuk berakhlakul karimah. Anak-anak yang dijauhkan dari pergaulan bebas, dijauhkan dari narkoba, dijauhkan dari radikalisme-terorisme, dan sebagainya. Karena itu, kita harus bangga dengan pesantren kita, ujar Kiai MN Harisudin yang juga Pengasuh Pesantren Darul Hikam Mangli, Kaliwates, Jember.

Dalam konteks  Jember, Kiai MN Harisudin mendorong para pelajar dan mahasiswa untuk tidak sungkan-sungkan di pondok. “Ya ini karena Jember dikenal sebagai kota pelajar. Banyak mahasiswa dan pelajar dari kabupaten lain di sini. Mereka kuliah di Universitas Jember, Politeknik Negeri Jember, IAIN Jember, Universitas Islam Jember, dan lain-lain. Mereka juga pelajar di MAN 1 Jember, MAN 2 Jember, SMA 1 Negeri Jember, SMA 2 Negeri Jember dan lain-lain. Jangan gengsi di pondok. Justru, di pondok mereka diajari banyak hal seperti kemandirian, kesederhanaan, kejujuran dan juga kebersamaan.”

Karenanya para orang tua harus memilih pondok. Jangan biarkan anak perempuannya bebas tinggal di kontrakan dan kos tanpa kendali karena akibatnya kita sudah bisa tebak. Mereka yang di luar pondok lebih mudah terpengaruh tradisi ‘kumpul kebo’ dan perzinaan,” jelas Kiai MN Harisudin yang juga Wakil Ketua LTN NU Jawa Timur ini.

Tapi ia mengingatkan orang tua untuk waspada dengan kos-kosan bermerk pesantren. “Pesantren yang benar, ada bangunan pondoknya, ada kiainya, ada ngajinya, dan ada mushalla atau masjidnya. Karena sekarang ada namanya pesantren, tapi tidak ada ngajinya. Itu bukan pesantren, tapi kos-kosan berlabel pesantren,” tandas Kiai MN Harisudin. (Anwari/Alhafiz K)