Saya dan seorang sahabat, Muhammad Habaib (Mumu), bertolak dari Sadang, Purwakarta, Rabu malam, (10/4) pukul 20.00. Tujuan kami adalah Kampung Pungangan, Kecamatan Patok Beusi Kabupaten Subang. Dengan sepeda motor, kami tempuh Purwakarta-Subang selama 2 jam.
<>
Waktu menunjukkan pukul 22.00, Mumu mengetuk pintu seraya uluk salam di sebuah rumah yang sudah padam lampu. Mumu memberanikan diri karena dia masih ada silsialah keluarga dengan si empunya rumah.
Setelah tiga uluk salam, gerendel pintu berderit, diputar orang dari dari dalam. Daun pintu terbuka. Sesosok tubuh 155 cm berdiri. Telanjang dada. Tanpa penutup kepala, sehingga rambut putihnya yang pendek memutih tampak. Ia hanya mengenakan sarung. Sementara tangannya menggenggam tasbih dengan jarinya meraba biji-bijinya. Sementara mulutnya komat-kamit. Hanya dia sendiri yang tahu apa yang dirapal.
Dia menpersilkan kami masuk.
Ia ke dapur, kemudian menyuguhkan sesisir pisang. Kembali lagi ke dapur, kemudian menyodorkan pisitan dan apem.
Ia kemudian mengenakan koko putih sementara kepalanya dipeci putih. Ia bersila sambil bicara, “Kalau ingin tahu kisah Mama Sempur…,”
Dia seperti sudah tahu niat kami datang. Tanpa diminta, dia menceritakan Mama Ajengan Sempur atau KH Ahmad Tubagus Bakri bin Tubagus Sayidah. Ulama Sunda dengan silsilah keturunan bersambung dengan sultan-sultan Kerajaan Islam Banten.
Istilah “mama” berasal dari kata “rama”, artinya bapak. Sepengertian dengan “romo” di Jawa. Kepada kiai, terutama yang sepuh, sebagaimana di Jawa, di Sunda juga diperlakukan sebagai “bapak”, sedangkan “ajengan”, semakna dengan “kiai” di Jawa. Kiai dalam pengertian tokoh agama.
Mama Sempur adalah kiai besar Sunda yang pada zamannya memiliki ribuan santri. Ia pernah berguru kepada Syekh Nawawi Banten di Makkah, KH Kholil Bangkalan, KH Soleh Darat Semarang, dan guru-guru lain.
Selain mengajar, Mama Sempur yang wafat tahun 1975 tersebut mengarang puluhan kitab. Di antara karyanya yang paling populer adalah Cempaka Dilaga. Ditulis dalam huruf Arab Pego dan menggunakan bahasa Sunda.
***
Kiai Tamad, si pemilik rumah yang kami datangi tersebut adalah santri Mama Sempur pada tahun 58. Ia mengaji kepadanya selama tujuh tahun. Sekarang usianya diperkirakan 96 tahun.
Kiai Tamad bercerita mulai sifat, kegiatan mengajar, hingga karya-karya Mama Sempur. Tapi ia lebih menekankan bagaimana Mama Sempur mengajar santri-santrinya.
Suatu ketika, kata Kiai Tamad, ada orang bertanya tarekat Mama Sempur. Pertanyaan tersebut dijawab dengan tegas, “Tarekatnya Mama adalah “ngaji” (membaca dan mengajar kitab-kitab kuning pesantren).”
Kiai Tamad kemudian menceritakan jadwal mengaji Mama. Setiap pukul empat pagi, Mama Sempur sudah bersila di masjid. Entah membaca apa. Kemudian mendirikan shalat subuh berjamaah. Selepas wiridan dan jamaah bubar, ia tetap bersila.
Waktu dhuha, ia amendirikan shalat dhuha.
“Para santri sudah mumuluk (sarapan),” katanya.
Sementara Mama tak pernah membawa makanan dan minuman, “Tidak tahu apakah ia puasa atau tidak,” lanjutnya.
Mama Sempur kemudian mengajar ngaji santri sampai pukul 11.00. Selepas itu, dilanjut mengajar ngaji kiai-kiai sekitar kampung. Terus shalat Dhuhur. Kemudian ia pulang ke rumah. Istirahat.
Tapi tak pernah bisa istirahat sepenuhnya, karena sudah ditunggu para tamu. “Makanya suatu ketika, anak bungsu Mama Sempur bernama Mama Dudus, pernah ngamuk kepada para tamu, ‘Kenapa Mama diikuti terus? Dia sudah sebulan tidak tidur’,” Kiai Tamad menirukan Mama Dudus.
Selepas shalat Ashar, Mama Sempur ngaji lagi hingga menjelang maghrib. Selepas maghrib, istirahat. Kemudian selepas Isya, mengajar sampai pukul 23. Kemudian pukul 04.00, ia sudah bersila lagi di masjid.
Penulis: Abdullah Alawi
Terpopuler
1
Santri Kecil di Tuban Hilang Sejak Kamis Lalu, Hingga Kini Belum Ditemukan
2
Pastikan Arah Kiblat Tepat Mengarah ke Ka'bah Sore ini
3
Sound Horeg: Pemujaan Ledakan Audio dan Krisis Estetika
4
15 Ribu Pengemudi Truk Mogok Nasional Imbas Pemerintah Tak Respons Tuntutan Pengemudi Soal ODOL
5
Perbedaan Zhihar dan Talak dalam Pernikahan Islam
6
Operasional Haji 2025 Resmi Ditutup, 3 Jamaah Dilaporkan Hilang dan 447 Meninggal
Terkini
Lihat Semua