Nasional

Ngaji Ramadhan, Gus Ulil Kemukakan Hikayat Orang-orang Dermawan dalam Ihya Ulumiddin

Jumat, 7 Maret 2025 | 13:30 WIB

Ngaji Ramadhan, Gus Ulil Kemukakan Hikayat Orang-orang Dermawan dalam Ihya Ulumiddin

Gus Ulil Abshar Abdalla saat ngaji Ramadhan Kitab Ihya Ulumiddin karya Imam Al-Ghazali, pada Kamis (6/3/2025) malam. (Foto: tangkapan layar Youtube Ghazalia College)

Jakarta, NU Online

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil) mengemukakan serentetan hikayat orang-orang dermawan (hikayat al-askhiya) yang terdapat di dalam magnum opus Imam Ghazali, Ihya Ulumiddin.


Salah satu hikayatnya adalah menampilkan pengalaman Imam Syafi'i yang didengar oleh Abu Sa'ad Al-Kharqusi.


Hal itu diutarakan Gus Ulil dalam Ngaji Ramadhan, pada Kamis (6/3/2025) malam, yang disiarkan secara langsung melalui Kanal Youtube Ghazalia College.


Mulanya, Gus Ulil menceritakan bahwa ada seseorang yang melahirkan tetapi tak punya biaya sama sekali untuk mengasuhnya. Secara bersamaan, ada seseorang yang gemar mengumpulkan sumbangan. Lalu orang pertama mengadu dan meminta sumbangan ke orang kedua.


"Artinya dia keliling datangi orang-orang untuk ngumpulin sumbangan, untuk membantu orang miskin yang punya anak ini," papar Gus Ulil.


Usaha laki-laki kedua itu tak membuahkan hasil selain frustrasi. Lelaki tersebut lalu berziarah ke makam seseorang yang masyhur dengan kedermawanannya.


Lalu laki-laki yang diziarahi itu datang ke dalam mimpi pengumpul sumbangan, seraya menyarankan agar menemui keluarganya dan menggali tanah di bawah tungku masak yang di dalamnya ada uang 500 dinar.


Singkat cerita, pengumpul sumbangan pun pergi dan mengutarakan hal yang dia alami dalam mimpi. Setelah ditemukan, ahli waris memberikan semua dinar itu kepada penggalang sumbangan walaupun sempat mengelak.


"Ayahku sudah mati saja masih dermawan, masa saya masih hidup nggak mau jadi dermawan. Masa kami kalah dengan orang yang sudah mati?" terang Gus Ulil.


Kemudian pengumpul sumbangan itu membawa pemberian ahli waris dan mengalihkannya kepada lelaki pertama (punya anak tapi miskin).


Tak dinyana, lelaki tersebut hanya mengambil 1 keping dinar saja karena untuk mencukupi kebutuhan anaknya dan membayar utang. Orang miskin ini menganjurkan agar dinar sisanya disedekahkan.


Mendengar kisah tersebut murid Imam Syafi'i, Abu Sa'ad Al-Kharqusi al-Wa'idzi berkomentar.


"Aku tidak tahu ini, mana di antara mereka dari tiga orang ini yang paling dermawan?" kata Abu Sa'ad, dikemukakan Gus Ulil.