Jakarta, NU Online
Nahdlaltul Ulama adalah rumah bersama bagi semua kalangan sehingga siapa pun bebas bertamu ke kantornya baik di tingkat ranting (desa) maupun di tingkat pusat (pengurus besar). Karena NU memiliki tiga macam ukhuwah (persaudaraan) islamiyah (sesama Muslim), wathaniyah (sesama sebangsa), dan insaniyah (sesama manusia).
Dengan tiga macam ukhuwah tersebut, menurut Direktur SAS Institute Imdadun Rahmat, NU memungkinkan bergaul dengan setiap kalangan, termasuk non-Muslim.
“NU rumah siapa saja. Pengalaman saya, berdasar pengakuan yang berkunjung ke gedung PBNU, mereka merasa at home,” kata Wakil Sekretaris Jenderal PBNU 2010-2015 ini saat bertemu Remaja Teladan Gereja Manado Malalayang di kantor Redaksi NU Online, Gedung PBNU, Jakarta, Jumat (29/6) malam.
Menurut dia, NU biasanya menjadi tempat curhat orang atau kelompok yang mendapatkan perlakuan tidak adil, baik dari orang atau kelompok lain, atau bahkan negara.
Biasanya, lanjut pria kelahiran Rembang 1971 ini, kelompok yang sedang bersamasalah untuk mendapatkan keadilan datang ke sini untuk curhat. NU selain menjadi pendengar yang baik, juga menerima masukan da menghubungkan keluhan tersebut kepada pihak terkait.
“NU memiliki semangat Gus Dur,” tegasnya sambil menunjuk lukisan KH Abdurrahman Wahid yang berada di salah satu sudut ruangan redaksi, “semangat membela siapa pun untuk mendapat keadilan tanpa memandang latar belakang,” lanjutnya.
Ia juga menganjurkan agar para remaja geraja tersebut untuk tidak sungkan bergaul dengan remaja NU di Manado. Kalau tidak melalui lembaga atau banom NU, bisa melalui Jaringan Gusdurian di Manado.
“Di Gusdurian tidak harus Muslim dan NU, siapa pun boleh, asalakan satu visi,” pungkasnya. (Abdullah Alawi)