Nasional

Mutiara Keteladanan KH Hasyim Muzadi

NU Online  ·  Ahad, 18 November 2018 | 19:00 WIB

Mutiara Keteladanan KH Hasyim Muzadi

Seminar Keteladanan KH Ahmad Hasyim Muzadi, Ahad (18/11)

Depok, NU Online
Ada banyak hal yang dapat diambil pelajaran dari sosok KH Hasyim Muzadi. Walaupun ia sudah wafat, menurut Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Al Hikam Depok, KH Yusron Sidqi masih banyak hal-hal yang menjadi keteladanan yang ditinggalkannya. Hal pertama yang bisa dipelajari dari mantan anggota Dewan Pertimbangan Presiden ialah mengerti skala prioritas.

“Pertama ada yang penting. Kedua ada yang lebih penting, lalu terakhir ada yang benar-benar penting dari yang lebih penting,” ujarnya saat membuka Seminar Keteladanan KH Ahmad Hasyim Muzadi tentang Keislaman, Keilmuan, dan Ketasawufan pada Ahad (18/11) di Pesantren Al Hikam Depok.

Yusron menceritakan kisah perjuangan ayahnya saat membangun pesantren di Malang. Abah, panggilan akrab KH Hasyim Muzadi oleh anak-anaknya, saat itu meminta bantuan kepada saudaranya di Tuban. Menurut cerita, ia adalah KH Muhammad Nafi’. Yusron mencoba meniru percakapan Abah dengan Kiai Nafi’ itu.

“Kamu hidup di Tuban, susah. Kamu saya ajak mbangun pondok di Malang juga susah. Sama-sama susahnya, jadi mari bersusah payah untuk hal yang bermanfaat,” tirunya.

Kata Yusron, kita mengurus hidup sendiri juga susah, jadi lebih baik susah yang bermanfaat buat orang banyak. Ia ingat pesan Abah bahwa seharusnya seseorang mewakafkan dirinya untuk umat, bukan mewakafkan umat untuk dirinya. 

“Kalau kamu tidak disibukkan dengan mengurusi umat, maka kamu akan disibukkan dengan urusanmu sendiri,” tambah putra bungsu Kiai Hasyim Muzadi ini. 

Selain kisah itu, ia juga mengingatkan pesan ayahnya tentang perlunya sosok orang tua bagi sebuah bangsa. “Bangsa ini butuh orang tua. Ketika melihat anaknya berseteru, bukan memberikan senjata untuk saling memerangi satu sama lain, tetapi bagaimana caranya mendamaikannya,” pungkasnya.

KH Hasyim Muzadi merupakan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 1999-2004 dan 2004 sampai 2009. Ia wafat pada 16 Maret 2017 di Malang, Jawa Timur. Sosok yang dikenal sebagai ulama yang tenang dalam menghadapi masalah bangsa itu dimakamkan di Pesantren Mahasiswa Al Hikam Depok, Jawa Barat.

Dalam kegiatan itu turut hadir istri KH Hasyim Muzadi, Nyai Hj Mutammimah; Rais Syuriyah PCNU Depok, KH Zainuddin Ma'shum Ali; Rais Syuriyah PCNU Malang, KH Muhammad Nafi’. (M. Ilhamul Qolbi/Kendi Setiawan)