Nasional

Menteri Pertanian Sebut Swasembada Jagung Berkat PBNU

NU Online  ·  Senin, 19 Maret 2018 | 14:15 WIB

Jakarta, NU Online
Tahun 2016 lalu, Indonesia masih mengimpor 3,6 juta ton jagung. Tetapi tahun 2018 berubah, Indonesia telah mengekspor jagung ke Malaysia dan Filipina dengan nilai 10 sampai 12 triliyun. Salah satu yang membuat hal itu bisa terjadi, menurut Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, adalah berkah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

“Salah satu yang berkontribusi adalah PBNU,” kata menteri asal Bone, Sulawesi Selatan itu pada penandatanganan kerja bersama Road to Pesantren Agro di Gedung PBNU lantai 8, Jalan Kramat Raya No 164, Jakarta, Senin (19/3).

PBNU tahun ini menargetkan menanam jagung di 100 ribu hektar lahan. Menanggapi hal itu, pria yang meraih titel sarjana hingga doktornya di Universitas Hasanuddin itu berharap PBNU bisa menggarap lebih dari itu.

“Mimpi besar kami khusus dari PBNU 100 ribu (hektar) ya pak? Naikkan lagi 200 ribu,” katanya. “Terlalu kecil (100 ribu hektar),” lanjutnya.

Selain PBNU, Menteri Amran juga menyebut ekspor itu berkat kontribusi para bupati. Hal itu mengingat peran bupati yang mengolah lahan tidurnya dengan menanam jagung. Menurutnya, 800 dari 900 orang Gorontalo yang berangkat ke tanah suci itu karena jagung.

Amran juga menyebutkan bahwa kualitas jagung Indonesia baik. Hal itu dapat dilihat dari kaki ayam yang mengonsumsinya berwarna kuning.

Program Budidaya Jagung Nasional kerja sama PBNU dan Kementerian Pertanian juga melibatkan 27 kabupaten dan kota, Kementerian Pertanian, Kementerian Desa, Transmigrasi, dan Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.

Selain jagung, pemerintah saat ini juga telah berhasil mengekspor bawang ke enam negara.

Mimpi Besar Lain
Selain ingin menanam jagung di 200 ribu hektar atas kerjasama dengan PBNU, Menteri Amran juga berencana memberikan edukasi dan pendampingan. Selama ini, beberapa petani membiarkan tanah tidur saat hujan.

“Mimpi besar lainnya, membangunkan petani tidur dan lahan tidur,” katanya.

Amran menceritakan bahwa Jerman melakukan daur ulang air hujan hingga 40 kali. Ia juga bermimpi agar Indonesia dapat memanfaatkan air hujan sebelum sampai ke lautan.

“Bagaimana air hujan di Indonesia jangan ada yang lepas ke lautan sebelum menjadi karbohidrat,” ujarnya.

Amran juga ke depan berencana menggeser fokus ke rempah-rempah. Ia mengingatkan kembali para hadirin bahwa Indonesia dulu dijajah bukan karena tambang, tetapi karena rempah-rempah. Menurutnya, pala Nusantara cukup hebat.

“Sedihnya yang pelihara Allah, yang tanam Allah, yang panen baru manusia,” keluh Amran. (Syakir NF/Ibnu Nawawi)