Nasional

Menteri Agama: Indonesia Utang Jasa Kepada Pendidikan NU

NU Online  ·  Selasa, 22 Januari 2013 | 14:08 WIB

Jakarta, NU Online
“Indonesia berutang jasa kepada lembaga pendidikan NU. Sebab, lembaga pendidikan NU sudah berlangsung selama ratusan tahun sebelum Indonesia merdeka,” kata Surya Dharma Ali, Menteri Agama RI saat membuka Rakernas 2013 LP Maarif NU, Senin (21/1) siang.
<>
Dalam pembukaan yang bertempat di Wisma Syahida Inn, Kampus II UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Menteri Agama menambahkan, pendidikan NU di masa kolonial tetap melakukan kerja-kerja pendidikan dalam rangka mencerdaskan masyarakat Indonesia.

Lembaga pendidikan NU di era kolonial, mengambil bentuk pondok pesantren atau majelis-majelis halaqah. Lembaga tersebut bersifat informal. Artinya, proses belajar dan mengajar berlangsung tanpa dukungan pemerintah, tambah Surya Dharma Ali.

Di hadapan sedikitnya 73 peserta Rakernas Maarif NU, Menteri Agama menyatakan, lembaga pendidikan NU saat itu memang belum bersematkan ‘NU’. Tetapi, para penyelenggara pendidikan maupun keturunannya itu kemudian pada tahun 1926, mendirikan organisasi NU.

Proses belajar mengajar ketika itu bahkan sebagian besar pendidikan NU hingga kini, mengandalkan swadaya masyarakat. Penyelenggara mempertahankan kemandirian untuk membekali ilmu dan budi pekerti kepada masyarakat, tegas Ali.

Sedangkan Sekolah Rakyat, SR, baru ada setelah diberlakukan kebijakan Politik Etis di Indonesia oleh Kerajaan Belanda. Politik Etis diberlakukan setelah 1990an. Sementara itu, menurut Ali, masyarakat Indonesia menerima pendidikan model NU.

Lembaga pendidikan NU terus bergerak mengadakan proses percerdasan bagi masyarakat. 

“Luar biasanya, ini berjalan sekian ratus tahun hanya dengan diinisiasi oleh tokoh-tokoh pesantren. Dan ini swasta, bukan negeri,” tandas Ali.


Redaktur: Mukafi Niam
Penulis   : Alhafiz Kurniawan