Sleman, NU Online
Saat ini tantangan umat mayoritas di dunia maya semakin besar mengingat ruang tersebut dijadikan oleh sebagian kelompok orang untuk mengampanyekan ideologi radikal yang jauh dari nilai-nilai keindonesiaan.
Hal itu mengemuka ketika Founder situs Islami.co, Savic Ali menyampaikan sambutan dan pengantar dalam kegiatan pertemuan penulis keislaman, Jumat (8/12) di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Dalam kegiatan yang diikuti oleh 60 penulis dari daerah Jawa Tengah dan DIY ini, Savic menekankan bahwa warga Nahdlatul Ulama (NU) yang merupakan umat Islam mayoritas di Indonesia tidak cukup hanya bangga secara jumlah, tetapi aktivitas dakwah di dunia maya justru menjadi minoritas.
“Orang yang mengenal Indonesia lewat internet tidak akan percaya ketika NU adalah mayoritas. Nahdliyin adalah mayoritas, tetapi tidak kelihatan di dunia maya. Situasinya, kita merasa mayoritas, kita merasa ada di mana-mana. Namun sesungguhnya menoritas di dunia maya,” tegas Savic.
Menurutnya, hal ini menjadi tantangan besar generasi muda NU dan Nahdliyin secara keseluruhan untuk mengisi konten dan dakwah di dunia maya sehingga tidak hanya didominasi konten-konten yang mempunyai kecenderungan radikal.
Pria yang saat ini menjabat sebagai Direktur NU Online ini tidak memungkiri, agama di dunia maya memperlihatkan tentang sesuatu yang justru jauh dari nilai-nilai luhurnya. Sekarang, Agama bisa memajukan peradaban, tetapi agama juga bisa menghancurkan peradaban.
“Contoh penghancuran situs atau peninggalan sejarah peradaban masa lalu. Ini tugas dan tantangan kita anak muda untuk menunjukkan bahwa Islam agama peradaban, Islam membawa perdamaian,” jelas Savic.
Dia melihat, saat ini konten dan informasi di dunia maya yang terkait dengan agitasi jihad tidak sedikit yang mengambil ayat-ayat perang (qital) untuk melegitimasi gerakannya. Padahal maksud ayat-ayat tersebut tidak relevan jika dikorelasikan dengan keadaan sekarang.
Menurutnya, Indonesia boleh dikatakan lebih baik dari negara-negara lain soal mengelola harmonisasi antarbangsa. Tetapi kewaspadaan terhadap tantangan ke depan juga perlu menjadi perhatian bersama.
“Tanggung jawab teman-teman sebagai jembatan Islam damai di dunia maya,” ucapnya.
Lewat dunia maya, imbuh Savic, anak-anak muda NU harus terus berjuang agar semua bangsa tetap menjadi satu negara. Karena para pendiri bangsa berjuang sedemikian rupa untuk mensinergikan Islam dan negara. (Fathoni)