Nasional

Menginisiasi Program 1000 Abrahamic Circles untuk Kurangi Ketegangan Antaragama

Kam, 22 Agustus 2019 | 13:00 WIB

Menginisiasi Program 1000 Abrahamic Circles untuk Kurangi Ketegangan Antaragama

Pendiri Foreign Policy of Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal.

Jakarta, NU Online
Agama Islam, Kristen, dan Yahudi berasal dari satu hulu, yakni Nabi Ibrahim. Hubungan ketiganya di akar rumput menurut beberapa survei cukup tegang sehingga perlu perbaikan.

Melihat hal tersebut, Pendiri Foreign Policy of Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal menginisiasi program 1000 Abrahamic Circles guna mengurangi ketegangan di akar rumput.

“Di akar rumput, ketegangan dan negativitas antarpemeluk agama Islam, Kristen, dan Yahudi secara global itu semakin tinggi. Ini dari berbagai survei yang dilakukan. Jadi tujuan dari program ini agar di akar rumput secara global hubungan antara ketiga agama samawi ini itu membaik,” katanya saat diskusi publik bertema The First Abrahamic Circle: Understanding Interfaith at The Grasroots di Gedung Mayapada Tower 1 lantai 19, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Kamis (22/8).

Ia sendiri meyakini inisiasinya itu tidak akan dapat sepenuhnya berhasil. Tetapi, meskipun demikian, ia tetap bergerak melaksanakannya. Setidaknya, ada sedikit perubahan. “Mungkin gak semuanya, tapi yang jelas harus dimulai di bawah,” jelas Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat 2010-2013 itu.

Proses perbaikan hubungan tersebut bukan sekadar penyampaian pidato di panggung-panggung tertentu saja, tetapi harus mulai dengan saling mengenal satu sama lain.
 
“Bukan dengan proses satu jam tukar pidato, tetapi dilakukan dengan proses sama-sama melakukan perjalanan dimana mereka saling mengenal, mengenal keluarga, mengenal komunitas masing-masing, mengenal cara hidup masing-masing, dan dari sana membangun persahabatan,” terangnya.

Meskipun Indonesia merupakan negara Pancasila, tetapi hubungan antaragama masih perlu perbaikan. “Saya kira program ini juga membantu menjawab hal tersebut,” kata pria yang pernah menjadi Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia itu.

Lebih lanjut, Dino juga mengungkapkan bahwa kondisi demikian tidak saja dialami oleh Indonesia, tetapi juga oleh banyak negara lainnya. Persoalan di wilayah-wilayah tertentu justru mengental.
 
“Apalagi kita lihat serangan serangan teroris ke kelompok agama tertentu, di rumah ibadah tertentu, dan ini terjadi pada semua agama Islam, Kristen, dan Yahudi,” pungkas pria kelahiran Beograd, Yugoslavia (sekarang Serbia), 54 tahun yang lalu itu.

Program 1.000 Abrahamic Circles ini akan berlangsung selama 10 tahun dengan melibatkan 3.000 tokoh agama. Setiap lingkaran, tiga peserta mengikuti program selama tiga minggu dengan menjalankan kehidupan selama seminggu di komunitas setiap agama.

Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh Sekretaris Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) KH Bukhori Muslim, Kepala Pusat Studi Al-Qur’an H Muchlis M Hanafi. Hadir pula para peserta The First Abrahamic Circle, yakni pengajar di Jagar Arsy World Civilization Boarding School, BSD, Tangerang Selatan, Banten Ustaz Oji Fahrurroji; Rabbi Eliot Baskin dari Sinagog Emanuel Denver, Colorado, Amerika Serikat, dan Pendeta Ryhan Prasad dari Gereja Khandallah Presbyterian, Wellington, Selandia Baru.

Pewarta: Syakir NF
Editor: Fathoni Ahmad