Jakarta, NU Online
Idul Fitri ditentukan oleh terlihatnya bulan oleh tim rukyatul hilal yang tersebar di seluruh Indonesia. Hisab Falakiyah NU hanya 3.49 derajat, sangat tipis dan susah untuk dilihat, meskipun sudah diatas 2 derajat sebagai standar terlihatnya awal bulan. Apa yang mereka lihat, ditunggu oleh sekitar 200 juta penduduk Indonesia yang beragama Islam. <>
Tim Falakiyah NU menyebarkan anggotanya di berbagai lokasi strategis seperti di pantai, bukit atau tempat-tempat tinggi yang memudahkan dilihatnya bulan. Tak kurang 60 lokasi yang menjadi tujuan.
Mulai jam 15.00 WIB, tim Falakiyah yang dipimpin oleh H Nahari Muslih sudah berada di sekretariat PBNU sebagai “markas besar” untuk menjalin komunikasi dengan seluruh tim perukyat dan para pengurus NU yang meminta informasi mengenai hasil rukyat. Mereka mengkoordinasikan berbagai hal yang perlu dilakukan dalam proses perukyatan.
Sekitar pukul 16.00 laporan sudah mulai masuk dari Papua yang sudah Maghrib lebih dahulu, dan terus-menerus bergiliran di Makassar, Bali, Bangkalan, dan lokasi lainnya.
Ketegangan mulai terlihat menjelang maghrib di Jakarta, antara pukul 17.30-17.50, karena semua laporan gagal melihat hilal. Dimana-mana mendung tebal. Sebagian anggota tim sudah pesimis Kamis esok sudah lebaran.
Sebuah SMS masuk dan dibacakan Nahari Muslih “Alhamdulillah, kami sudah melakukan rukyat. Tapi tidak terlihat” harapan, dari SMS yang diawali dengan bacaan hamdalah tersebut buyar.
HP dari sejumlah anggota tim tak berhenti menerima laporan dan panggilan dari berbagai kalangan. Maklum, Idul Fitri merupakan perayaan terbesar di Indonesia, melibatkan semua kalangan sehingga informasi ini ditunggu oleh semua orang.
1-2 menit menjelang maghrib, telepon masuk dari tim perukyat di Bukit Condro Dipo Gresik, yang mengabarkan berhasil melihat bulan pada pukul 17.37 WIB. Kemudian diverifikasi, siapa yang melihat, apakah sudah di sumpah dan kemudian dicek jam dilihatnya hilal dan waktu Maghrib setempat. Setelah semuanya cocok dan dianggap akurat, bacaan Alhamdulillah dikumandangkan. Semuanya lega, lebaran akhirnya bisa bersamaan. Makan opor ayam dan memakai baju baru tak lagi tertunda sampai hari Jum’at.
Nahari Muslih segera meminta anggota timnya untuk mengabari Ketua Lajnah Falakiyah NU KH Ghozalie Masroeri yang mengikuti sidang isbat di Kementerian Agama akan informasi ini. Para pimpinan PBNU lainnya juga segera dikabari dan keputusan PBNU tentang penetapan 1 Syawal disiapkan untuk difax ke berbagai daerah, tetapi semuanya menunggu keputusan pemerintah sebagai ulil amri.
Suasana yang sebelumnya tegang terus mencair. Adzan Maghrib dikumandangkan dan teh hangat dihidangkan. Nasi kotak diedarkan dan sambil menunggu laporan dari daerah-daerah lain yang masuk, sholat Maghrib dilakukan secara bergiliran. Selamat berlebaran, minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan bathin.
Penulis: Mukafi Niam
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Refleksi Kemerdekaan, Perbaikan Spiritual dan Sosial Menuju Indonesia Emas 2045
2
Prabowo Klaim Selamatkan Rp300 Triliun APBN, Peringatkan Risiko Indonesia Jadi Negara Gagal
3
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Ngeusian Kamerdekaan ku Syukur jeung Nulad Sumanget Pahlawan
4
Gus Yahya Cerita Pengkritik Tajam, tapi Dukung Gus Dur Jadi Ketum PBNU Lagi
5
Taj Yasin Pimpin Upacara di Pati Gantikan Bupati Sudewo yang Sakit, Singgung Hak Angket DPRD
6
Ketua PBNU: Bayar Pajak Bernilai Ibadah, Tapi Korupsi Bikin Rakyat Sakit Hati
Terkini
Lihat Semua