Nasional

Menelusuri Jejak Batu Qur’an di Banten

NU Online  ·  Senin, 27 Januari 2014 | 15:30 WIB

Setelah menelusuri jejak sejarah Sultan Maulana Hasanuddin Raja Banten I anak dari Sunan Gunung Jati (Syarif Hidatullah) di Banten Lama Kota Serang, para mahasiswa Pascasarjana STAINU Jakarta menuju daerah Kabupaten Pandeglang dimana terdapat jejak sejarah Batu Qur’an peninggalan Syekh Maulana Mansur dan pemandian 11 sumur barokah peninggalan Syekh Demang Lancar, mertua Syekh Mansur yang letaknya sekitar 300 meter dari situs Batu Qur’an di desa Cikadeun.<>

“Air Batu Qur’an ini tidak pernah kering sejak abad 15 M,” tutur Mashur HN salah satu rombongan.

Sementara itu menurut penuturan warga sekitar, sejarah air Batu Qur’an berkaitan erat dengan Syekh Mansur. “Sejarahnya, sepulang dari naik haji, Syekh Mansur melihat air yang tidak pernah berhenti mengucur. Derasnya air hingga menggenangi daerah sekitar, Syekh Mansur berpikir jika tidak ditutup, maka wilayah ini akan menjadi lautan. Akhirnya beliau tutup dengan al-Qur’an. Namun al-Qur’am tersebut menjadi batu sehingga dinamakan Batu Qur’an,” tutur salah satu warga sekitar kepada NU Online beberapa waktu lalu.

Para pengunjung berdatangan silih berganti. Mereka ingin merasakan air suci batu Qur’an yang diyakini warga sekitar memilki banyak barokah dan dapat menyembuhkan segala penyakit.

“Banyak orang yang telah sembuh dari penyakitnya setelah mandi di kolam air suci Batu Qur’an peninggalan Syekh Mansur ini,” jelas kembali kakek-kakek yang tinggal di tengah sawah tak jauh dari situs Batu Qur’an ini. (Fathoni/Anam)