Nasional

Menag Terima Empat Jenis Keluhan soal Khutbah Jumat

NU Online  ·  Senin, 20 Februari 2017 | 15:30 WIB

Jakarta, NU Online
Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin mengklarifikasi sejumlah berita di media yang menyatakan pihaknya akan melakukan sertifikasi khatib karena dianggap sudah meresahkan. Kementerian Agama RI, katanya, hanya ingin membuat pedoman bersama tentang mana yang harus dilakukan saat khutbah dan mana yang harus dihindari.

Lukman, menambahkan, usaha itu berangkat dari aspirasi umat Islam yang datang kepadanya dan mengeluhkan apa yang terjadi di mimbar khutbah belakangan ini. Keluhan-keluhan tersebut menurutnya terdiri dari empat hal.

Pertama, khutbah kerap kali menyinggung perdebatan khilafiyah furu‘iyah atau perbedaan pendapat soal perkara yang tidak prinsipil. Isu semacam ini menurutnya tak perlu diungkapkan di mimbar jum’at karena hanya akan menajamkan perselisihan di internal Islam sendiri.

Kedua, khutbah sering menjadi ajang penghakiman terhadap agama lain. Tuduhan kafir dan menjelek-jelekkan bahkan dilakukan dengan secara jelas menyebut nama agama tersebut. Lebih parah lagi bila masjid tempat khutbah berada di daerah pemukiman yang dihuni penganut agama yang plural.

“Jangankan umat agama lain, jamaah di masjid sendiri merasa risi dengan khutbah seperti ini,” ujarnya saat mengisi acara Rapat Kerja Nasional Lembaga Dakwah PBNU yang digelar di Pesantren Al Tsaqafah, Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Senin (20/2).

Ketiga, materi mimbar khutbah sudah digunakan untuk kepentingan politik praktis dengan terang-terangan mengarahkan jamaah untuk memilih pasangan calon pemimpin tertentu.

Keempat, mimbar khutbah juga kadang berisi menyalah-nyalahkan ideologi negara. “Mengatakan Pancasila thaghut, menghormati bendera itu syirik. Dan itu disampaikan dalam khutbah,” ungkap Menag.

Lukman mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan ormas-ormas Islam tertentu melalui diskusi terbatas dan merumuskan perdoman bersama. Ia berharap masyarakat turut mengontrol bagaimana khutbah itu disyiarkan. Ia mengaku Kemenag dalam posisi tidak mudah karena materi khutbah juga terkait dengan kebebasan berpikir. (Mahbib)