Nasional HARLAH KE-92 NU

Menag: Tawasuth dan Tasamuh adalah DNA NU

Kam, 1 Februari 2018 | 03:52 WIB

Menag: Tawasuth dan Tasamuh adalah DNA NU

Menag saat hadir di Harlah ke-92 NU.

Jakarta, NU Online
Menteri Agama Republik Indonesia H Lukman Hakim Saifuddin memaparkan tentang NU yang mampu bertahan sampai usia 92 tahun. Bahkan jauh sebelum organisasi NU diresmikan, para kiai dan santri telah berjuang menegakkan nilai-nilai agama dan melawan ketidakperikemanusiaan penjajah.

Menurutnya, eksistensi NU yang mampu bertahan di segala zaman disebabkan karena DNA NU adalah tawasuth (moderat) dan tasamuh (toleran).

Di sisi lain, kata Menag, NU juga selalu memegang tiga prinsip persaudaraan, yaitu persaudaraan sesama umat Islam (ukhuwah Islamiyah), persaudaraan sesama anak bangsa (ukhuwah wathaniyah), dan persaudaraan sesama umat manusia (ukhuwah basyariyah).

"Dan itulah yang menjadi DNA NU sehingga kemudian Indonesia bersyukur karena NU merupakan jati diri dan eksistensi bangsa ini tetap terjaga dan terpelihara," jelasnya usai menghadiri peringatan Harlah ke-92 NU di Masjid Raya KH Hasyim Asy'ari Jalan Dan Mogot, Jakarta Barat, Rabu (31/1) malam.

Menurut Lukman, dalam menghadapi tantangan di era globalisasi dengan kemajuan teknologi informasi ini, maka semakin penting keberadaan nilai-nilai yang senantiasa diajarkan NU, yaitu moderat, toleran, menjunjung persaudaraan, dan mencintai tanah air.  

"Jadi di manapun nahdliyin dan kaum santrim mereka tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai kebangsaan karena kecintaannya yang sedemikian besarnya," katanya. 

Ia melanjutkan, kecintaaan kepada negara harus senantiasa dipelihara mengingat era globalisasi, pasar bebas, dan maraknya media sosial.

Hal itu kalau tidak disikapi secara arif, katanya, maka bisa menggerus eksistensi bangsa di tengah-tengah kemajemukan yang harus senantiasa menjaga persatuan. 

"Maka di sinilah urgensi, relevansi, dan eksistensi NU yang tetap diharapkan mampu berada di tengah-tengah kita dan menebarkan nilai-nilai yang selama ini diperjuangkan," pungkasnya. (Husni Sahal/Fathoni)