Melawan Stigma Negatif Perempuan Bekerja, dari Kepentingan Karier hingga Istri Kurang Melayani
NU Online · Kamis, 28 Juli 2022 | 19:54 WIB
Jakarta, NU Online
Perempuan memiliki hak dan peluang yang sama dengan laki-laki untuk bekerja di beragam sektor. Kian terbukanya keran peluang itu membuat perempuan memiliki kesempatan lebih untuk menempa potensi diri. Kendati demikian, stigma negatif soal perempuan bekerja masih terdapat di tengah masyarakat.
Utamanya bagi seorang perempuan yang sudah menikah dan memiliki anak, bekerja di luar rumah kerap menuai sejumlah kritik. Mulai dari dianggap sebagai ibu yang kurang memberi perhatian bagi keluarga, terlalu memikirkan kariernya sendiri, puncaknya adalah dicap sebagai istri atau ibu yang kurang baik dalam melayani keluarga.
Merespons hal tersebut, Wakil Sekretaris Pimpinan Wilayah (PW) Fatayat DKI Jakarta, Leni Rodiya mengatakan bahwa tuntutan ekonomi global kini tidak lagi membatasi peran laki-laki dan perempuan.
Baca Juga
Tafsir Kesetaraan Gender Perlu Membumi
“Perempuan bekerja itu sah-sah saja ya,” terang Leni di sela-sela Focus Group Discussion (FGD) yang diadakan Rumah Kita Bersama (KitaB), di Hotel Mercure Sabang, Jakarta Pusat, Kamis (28/7/2022).
Menurutnya, tidak ada yang salah dengan perempuan bekerja selama tetap dalam koridor yang tidak merusak citra dan menyalahi kodrat perempuan itu sendiri.
“Karena memang beberapa kebutuhan menuntut kita untuk beraktivitas,” katanya.
Satu hal yang ia yakini agar perempuan bekerja tidak merasa terbebani dengan stigma negatif yakni dengan tidak mengindahkan dan terjerumus dalam prasangka tersebut.
“Saya tidak pernah beranggapan bahwa pendapat orang lain itu harus saya pikirkan. Karena kebutuhan yang kita penuhi itu tidak semua orang peduli. Saya ingin memotivasi perempuan yang bekerja dan menyokong perekonomian keluarga, tidak perlu memikirkan stigma orang lain,” tegas Leni.
Menurut dia, terlalu memikirkan pendapat miring tersebut berpotensi mengganggu produktivitas. Selain itu, tidak semua keluarga memiliki kesejahteraan hidup yang sama. Ada kalanya perempuan harus bekerja demi menyokong perekonomian keluarga.
“Selalu memikirkan perempuan pulang malam bekerja itu sebagai hal negatif, apa iya ketika kita butuh bantuan orang itu akan sedia?” ujarnya.
“Jadi, berpikir negatif itu akan mengganggu kreativitas kita. Abaikan saja. Biar kita lebih maju, cepat membangun relasi, dan fokus membahagiakan diri sendiri,” pungkasnya.
Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Muhammad Faizin
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua