Nasional

Mbah Sholeh Darat Simpul Ulama Nusantara

NU Online  ·  Selasa, 21 Juni 2016 | 13:00 WIB

Semarang, NU Online 
Dekan Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo, Mukhsin mengungkapkan, Mbah Sholeh mampu menjadi jangkar kebudayaan yang bisa kita nikmati sekarang ini. Ia menulis karya-karyanya, termasuk kitab tafsir Faidlur Rahman menggunakan arab-pegon menjadi kekuatan tersendiri dalam menyampaikan gagasan dan keilmuan Islam.

"Mbah Sholeh bisa menajamkan kebudayaan kita," kata Mukhsin saat mengisi diskusi Intelektualisme Islam Nusantara, di Masjid Raya Baiturrahman, Semarang, Ahad (19/6). 

Mbah Sholeh Darat yang hidup pada akhir abad 19 mampu menjadi simpul gerakan ulama Nusantara. Ia berguru kepada ulama lokal hingga Makkah.

Pada zaman itu, Mbah Sholeh Darat tak hanya hidup sendiri. Banyak ulama seperti Syekh Yusuf al-Makassari, Syekh Mahfudz Termas dan Syekh Nawawi Banten. Mereka melanjutkan perjuangan yang telah dilakukan oleh pendahulu mereka.

Selain itu, ada hubungan kuat antara guru dan murid yang terus terjaga sehingga perjuangannya dapat dilanjutkan, misalnya Hadhratus Syeikh Hasyim Asy'ari dan KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyyah) yang keduanya merupakan murid Mbah Sholeh Darat.

Mukhsin menyebut, Mbah Sholeh sebagai salah satu peletak dasar pesantren di Nusantara. Disamping mengajar, Mbah Sholeh juga menuliskan gagasan-gagasan aslinya. Ia mampu meletakkan tradisi studi Islam dengan menyimpulkan jejaring pesantren yang nantinya berkembang di Nusantara dan menjadikan tafaqquh fi al-din sebagai jalan menguatkan intelektualisme. (M Zulfa/Zunus)