Pati, NU Online
Kepergian Rais Aam Syuriah PBNU Almaghfurlah KH Muhammad Ahmad Sahal Mahfudh menyisakan pilu sekaligus cerita yang bercampur menjadi satu. Kisah dan kesan pun kian terasa mengharu biru.
<>
Kesan itu terasa kala NU Online menapaki pintu gerbang Pesantren Maslakul Huda Kajen-Margoyoso-Pati, Jawa Tengah, Jumat (24/1).
Kesedihan para pelayat tampak di sela hiruk-pikuk para pemasang tenda di halaman kediaman Mbah Sahal. Mendung pekat yang bergelayut di langit Desa Kajen makin menguatkan kesan negara langit turut berduka atas wafatnya sang ulama.
Wakhrodi, salah seorang khadim (santri ndalem) asal Brebes mengatakan, Mbah Sahal merupakan sosok yang sederhana. Alumnus MA Matholi’ul Falah Kajen tahun 2000 ini menyebut Mbah Sahal sebagai sosok kiai yang tidak silau dengan gemerlap dunia.
“Selama enam tahun berkhidmah kepada Mbah Sahal sejak 2001 hingga 2007, saya merasa bahwa beliau itu kiai yang tidak silau dengan kebendaan,” ujar Pembantu Ketua I Sekolah Tinggi Agama Islam Mathali’ul Falah (STAIMAFA) Kajen ini.
Sebagai seorang khadim, Wakhrodi dengan setia menunggui Mbah Sahal hingga menjelang wafat. Bersama keluarga inti, bapak satu anak ini dengan penuh khusyuk dan ta’dzim menyaksikan kala Mbah Sahal menghembuskan nafas terakhirnya pada jam 01:10 WIB, (24/1) Jumat dini hari. (Ali Musthofa Asrori/Abdullah Alawi)
Terpopuler
1
Saat Jamaah Haji Mengambil Inisiatif Berjalan Kaki dari Muzdalifah ke Mina
2
Perempuan Hamil di Luar Nikah menurut Empat Mazhab
3
Pandu Ma’arif NU Agendakan Kemah Internasional di Malang, Usung Tema Kemanusiaan dan Perdamaian
4
360 Kurban, 360 Berhala: Riwayat Gelap di Balik Idul Adha
5
Saat Katib Aam PBNU Pimpin Khotbah Wukuf di Arafah
6
Belasan Tahun Jadi Petugas Pemotongan Hewan Kurban, Riyadi Bagikan Tips Hadapi Sapi Galak
Terkini
Lihat Semua