Nasional

Maulid Nabi, Wujud Penghargaan Sejarah

Ahad, 20 Januari 2013 | 01:14 WIB

Jakarta, NU Online
Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Ishomuddin berpendapat, peringatan hari kelahiran Rasulullah SAW atau lebih dikenal maulid Nabi termasuk kegiatan positif yang layak dilestarikan. Maulid Nabi merupakan bukti kecintaan dan penghargaan umat Islam atas sejarah rasul terakhir ini.<>

Kiai Ishom mempertanyakan celaan sebagian kelompok yang menuduh peringatan maulid Nabi keluar dari ajaran Nabi sendiri. Dalam pandangan kelompok pengkritik, Nabi, shahabat, dan tabi’in, tidak pernah sama sekali melakukan kegiatan semacam ini.

”Seolah-olah Nabi tidak menghargai peristiwa-peristiwa masa lalu. Padahal, tidak mungkin secara logika Nabi tidak menghargai sejarah,” ujarnya saat ditemui di Jakarta beberapa waktu lalu.

Menurut Kiai Ishom, Rasulullah termasuk orang yang sangat menghargai sejarah nabi-nabi terdaulu. Teladan ini seperti ditunjukkan ketika Rasulullah menjumpai umat Yahudi berpuasa untuk mensyukuri keselamatan Nabi Musa dan para pengikutinya, serta tenggelamnya fir’aun dan bala tentaranya. 

”Nahnu awla bi musa minhum. Kita (umat Islam) lebih berhak atas Nabi Musa daripada mereka (kaum Yahudi),” ujarnya menirukan sabda Nabi kepada sahabatnya sebagaimana termaktub dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim.

Selain maulid Nabi, demikian Kiai Ishom, perayaan juga sah dilaksanakan untuk memperingati peristiwa isra’ dan mi’raj, tahun baru hijriyah, dan nisfu sya’ban. Umat Islam mesti menghormati sejarah baik dalam bentuk ibadah maupun ekspresi kebudayaan.


Redaktur: Mukafi Niam
Penulis   : Mahbib Khoiron