Nasional

Maulana Gelar Haul untuk Para Pahlawan dan Dialog Kebangsaan

NU Online  ·  Sabtu, 10 November 2018 | 11:04 WIB

Jakarta, NU Online 
Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan Nasional Majelis Ulama dan Umara Nusantara (Maulana) menggelar Haul untuk Para Pendiri Bangsa dan Dialog Kebangsaan di Gedung Joeang 45, Jakarta, Jumat (9/11) malam. 

Acara ini dihadiri ratusan jamaah dan  berbagai lapisan masyarakat. Hadir sebagai narasumber Ketua Masjid Raya KH Hasyim Asy'ari KH Zuhri Yakub, Pengasuh Pondok Pesantren Misbahul Munir KH Misbachul Munir, perwakilan umat Buddha Indonesia (Walubi) Bante Damakaro. 

"Kami menggelar acara ini untuk mengenang jasa para pahlawan, para pendiri bangsa, dan para pejuang yang telah mengorbankan jiwa raganya untuk kemerdekaan negara  yang kita cintai ini, dan meneladani perjuangan dan pengorbanan mereka. Pengorbanan mereka bukan hanya fisik, tapi juga nonfisik, mengenyampingkan egoisme sektoral mereka, tidak mentang-mentang mayoritas Muslim kemudian mereka mendirikan negara Islam, tetapi negara berdasarkan kesepakatan sesama anak bangsa," Kata Ketua Umum Maulana KH Nurul Yaqin Ishak.

Kiai yang biasa disapa KNY menambahkan, kita bisa bilang, dengan jiwa besar almaghfurllah KH Abdul Wahid Hasyim merelakan tujuh kata dalam Piagam Jakarta demi menjaga dan memelihara keutuhan bangsa dan negara. 

"Kemerdekaan kita ini bukan hadiah dari Jepang atau Belanda tetapi kemerdekaan NKRI ini dengan tetesan darah, pengorbanan jiwa dan raga, itu sebabnya kita mempunyai kewajiban menjaga dan merawat bangsa ini," pungkas inisiator Maulana yang merupakan Katib Syuriyah PBNU ini.

Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi), Bante Damakaro yang turut hadir sebagai narasumber juga mengajak masyarakat Buddhis untuk menjaga dan memelihara persatuan dan keutuhan Indonesia dengan cara saling tolong-menolong.

"Kami kaum Buddha sangat  menyadari bahwa kami sangat minoritas sangat sedikit, namun kami selalu mengarahkan meski sedikit kami terus ingin berperan semampu kami, seperti halnya kami lakukan memberikan bantuan korban bencana di Lombok dan Palu, yang kami tekankan kepada masyarakat buddhis, mari inilah cara kita berperan aktif untuk menjaga dan melestarikan kebersamaan untuk mewujudkan Indonesia yang kita harapkan dan kita inginkan yaitu dengan saling menolong," Kata Bante.

Ketua Masjid Raya KH Hasyim Asy'ari, KH Zuhri Yakub menggambarkan situasi saat ini sama dengan kondisi pada tahun 1947.

"Buat kita orang-orang NU, NKRI harga mati, kita ini sedang diutak atik dan ini menjadi ancaman serius bagi bangsa, hari ini kita berhadapan kelompok yang kita sebut kelompok intoleran, kelompok yang sedang memaksakan kehendak ideologi mereka, kondisi ini persis seperti tahun 1947 terancam perpecahan sebagai sebuah bangsa dan ini menjadi pengulangan sejarah, ini ujian bagi kita maka menjadi penting memperingati hari pahlawan kita bisa mengambil tauladan bagaimana menghargai orang lain toleran dengan perbedaan, hidup berdampingan secara damai dan mengambil semangat dalam perjuangan," tegasnya.

Kalau tidak, Kiai Zuhri melanjutkan, konflik-konflik besar bisa saja terjadi dan ini mengancam keutuhan kita sebagai bangsa Ini persoalan serius, permasalahan ini sudah menyentuh pada ideologi.

"Kita sedang menghadapi dua masalah besar permasalahan kebangsaan dan keumatan, permasalahan kebangsaan baik di dalam negeri dan dari luar negeri yang harus kita hadapi, permasalahan keumatan bentrok antar umat beragama dan antarintenal agama itu sendiri. Maka ini adalah persoalan keumatan setiap tokoh agama mempunyai kewajiban domainnya para pemimpin agama. Kita selaku umat dan masyarakat mari kita jaga keutuhan dan kebersamaan kita dalam merawat bangsa dan negara Indonesia," pungkasnya. (Junaidi/Abdullah Alawi)