Nasional

Masyarakat Hendaknya Memahami Dasar Kegawatan Medik saat Pandemi

Sen, 5 April 2021 | 04:30 WIB

Masyarakat Hendaknya Memahami Dasar Kegawatan Medik saat Pandemi

Sejumlah kiai di PWNU Jatim usai melakukan vaksinasi. (Foto: NU Online/Ibnu Nawawi)

Surabaya, NU Online

Hampir selama kurun waktu satu tahun Indonesia dan dunia diguncang oleh pandemik global Covid-19. Masa tersebut adalah waktu sulit bagi masyarakat, utamanya tenaga dan fasilitas kesehatan di Indonesia.

 

Bahkan tim kesehatan berjuang di garda terdepan dalam menangani angka penyebaran virus Corona yang masing cukup tinggi. Banyak rumah sakit yang kewalahan dalam menerima rujukan pasien. Sedangkan di sisi lain, para tenaga kesehatan diharapkan mampu memilah dan memprioritaskan pasien berdasarkan tingkat kegawatannya.

 

Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kota Surabaya menyelenggarakan webinar seri kesehatan yang mengangkat topik ‘Waspada Kehidupan saat Pandemi dan sesudah Vaksinasi’ pada Ahad (4/4).

 

Nurul Jadid mengatakan, ISNU Surabaya sebagai wadah sarjana NU memiliki tanggung jawab dalam mengedukasi masyarakat untuk memahami pola penanganan kegawatdaruratan pasien selama masa pandemi.

 

“Masyarakat harus paham apa saja dasar-dasar kegawatdaruratan medik di masa pandemi, sehingga mereka mampu mengambil langkah awal dalam penanganan pasien sebelum akhirnya ditangani tim medis,” kata Ketua Pengurus Cabang (PC) ISNU Surabaya tersebut.

 

Dalam pandangan dosen Departemen Biologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya tersebut, saat ini pemerintah telah melakukan sejumlah upaya untuk mengakselerasi pemberian vaksin Covid-19 di 34 provinsi.

 

“Namun kami melihat pemahaman masyarakat akan pentingnya vaksin dan penanganan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) juga relatif masih rendah,” keluhnya. Oleh karena itu literasi kegawatdaruratan medik sangat penting diselenggarakan, lanjut dia.

 

Dikemukakan bahwa deteksi dini dan pertolongan pertama merupakan hal kritis yang harus dilakukan dan menentukan keberhasilan penyelamatan pasien. Sejauh ini, kejadian ikutan pasca pemberian vaksin covid-19 cukup bervariasi.

\

“Oleh karena itu model penanganannya pun juga berbeda, mulai sebatas pemberian obat analgesik hingga rujukan ke rumah sakit bila gejala ikutan tersebut termasuk dalam kategori berat,” kata Kun Arifi, spesialis anastesi Rumah Dakit Dr. Soetomo Surabaya tersebut.

 

Sementara itu, selain kesiapan dasar penangangan kegawatdaruratan yang disampaikan oleh Kun Arifi, webinar ini juga membedah kiat-kiat meningkatkan iman dan imun yang disampaikan Ustadz Sadin Subekti.

 

“Keseimbangan antara iman dan imun merupakan salah satu kunci dalam meningkatkan kualitas hidup,” tuturnya.

 

Acara juga diisi tanya jawab peserta online. Pada sessi ini berlangsung seru karena banyak hal yang ditanyakan mulai dari konsep pertolongan, pendeteksian gejala, sampai dengan kehalalan berbagai macam vaksin yang ada.

 

Karena isu halal-haram vaksin ternyata masih menjadi kekhawatiran peserta, terutama vaksin AstraZeneca yang akhir-akhir ini sedikit kontroversial di masyarakat.

 

Terkait hal tersebut, Sekretaris ISNU Surabaya, Mohammad Zikky yang telah mengikuti pembahasan bahtsul masail PBNU terkait vaksin AstraZeneca menambahkan, bahwa vaksin tersebut menurut para ahli virologi tidak ada unsur babinya sama sekali.

 

Dijelaskan lebih lanjut bahwa enzim tripsin yang digunakan sebagai ‘wadah’ pengembangbiakan sel dan virus tersebut dibuat dari kapang atau jamur.

 

Dengan demikian kehalalan vaksin tersebut murni karena sucinya proses yang ada dari awal sampai akhir, bukan halal karena kedaruratan sebagaimana isu yang banyak beredar.

 

“Keputusan bahtsul masail PBNU semua bersepakat bahwa vaksin AstraZeneca ini suci dan halal,” tegas Sekretaris PC ISNU Kota Surabaya tersebut.

 

Pewarta: Ibnu Nawawi

Editor: Syamsul Arifin