Jakarta, NU Online
Lembaga Pendidikan Ma’arif NU mendorong adanya penguatan Islam Wasathiyah (moderat) dalam kurikulum 2013. Dorongan ini dilakukan dengan menggelar kajian terfokus selama sehari penuh di Gedung PBNU sejak pagi hingga sore.
Ketua LP Ma’arif NU, H Arifin Junaidi mengatakan, salah satu alasan perlunya mendorong Islam Wasatiyah adalah untuk memperkuat kebangsaan di tingkatan sekolah. Upaya ini, lanjutnya adalah langkah menghalau gerakan islam ‘kanan’ yang mencoba menyusup ke dalam sistem pendidikan.
“Mereka mencoba masuk ke dalam semua lini dengan tujuan mendirikan negara khilafah. Cara yang mereka pakai adalah dengan membid’ahh-bid’ahkan ajaran Islam seperti kitab barzanji misalnya,” kata Arifin Junaidi di Gedung PBNU lantai 8, Jakarta, Kamis (5/7).
Kendati memiliki makna yang sama, namun penggunaan Islam Wasathiyah oleh Arifin dinilai lebih ‘aman’ dan tidak resisten dari pada istilah ‘Islam Nusantara’.
“Selama ini ketika ngomongnya Islam Nusantara banyak yang berkomentar, tapi kalau Islam Wasathiyah cenderung lebih aman. Tidak ada yang berkomentar,” ujarnya berseloroh.
Selain Arifin Junaidi, tampak hadir dalam acara tersebut Ketua Badan Wakaf Indonesia yang sekaligus mantan Menteri Pendidikan M. Nuh. Dalam sambutannya, Nuh mengatakan upaya penguatan ini akan memiliki dampak strategis baik bagi NU khususnya. Pengembangan kurikulum semestinya menyinggung tiga hal yang substantial yakni etika, skill dan ilmu pengetahuan (attitude, skill, dan knowledge).
Ia juga menyinggung pentingnya menyiapkan hal besar untuk menyambut ulang tahun ke 100 NU mendatang dengan menelorkan pemikiran strategis yang besar seperti sekaligus pemikiran praktis. Untuk itu ia mendorong agar penguru LP Ma’arif NU lebih konsisten melakukan perubahan mulai dari yang berskala kecil hingga yang besar.
“Kita harus belajar menanam satu-satu. Silakan tanam apa saja sehingga ketika 100 tahun nanti sudah siap”, tutupnya. (Ahmad Rozali/Fathoni)