LPBINU Jelaskan Dua Penyebab Banjir Rob Semarang
NU Online · Kamis, 26 Mei 2022 | 11:00 WIB
Syifa Arrahmah
Penulis
Jakarta, NU Online
Banjir rob di kawasan Pelabuhan Tanjung Mas Semarang terjadi pasca-penahan air laut jebol pada Senin (23/5/2022) lalu. Sampai saat ini banjir rob masih merendam kawasan pelabuhan tersebut.
Kedalaman banjir pun bervariasi, terendah 40 cm di Jalan M Pardi, 55 cm di Jalan Yos Sudarso dan Ampenan, hingga tertinggi mencapai 1,5 meter di area Lamicitra.
M Ali Yusuf, Pengurus Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LPBI PBNU) mengatakan, banjir rob di Semarang punya riwayat sejak lama. Penyebabnya adalah global warming, membuat permukaan air laut naik.
Sementara, terang dia, material tanah di kawasan utara Jawa belum solid. Tanah yang belum solid ini diperburuk dengan banyaknya pemukiman, baik pribadi atau skala industri yang menyebabkan banyaknya penggunaan air tanah.
“Di sana itu terkenal sebagai kawasan rawan banjir rob. Penyebab utamanya ada dua: pertama, menurunnya permukaan tanah (subsidensi tanah) karena semakin masifnya penggunaan air tanah. Kedua, naiknya permukaan laut sebagai dampak perubahan iklim akibat pemanasan global,” katanya kepada NU Online, Rabu (25/5/22).
Menurutnya, meskipun telah dilakukan mitigasi oleh pemerintah, sebaiknya pemerintah provinsi dan kabupaten/kota merevisi dan menata ulang tata ruang kawasan pesisir pantura dengan tegas, membebaskan kawasan pesisir minimal selebar 500 meter ke arah daratan dari bangunan dan permukiman.
“Artinya memang harus ada upaya-upaya yang lebih serius dan komprehensif seperti mengatur ulang tata ruang, pembatasan penggunaan lahan, dan juga penggunaan air yang perlu dikelola secara khusus,” jelas Ali
“Tujuannya untuk mengurangi, bahkan sebisa mungkin menghilangkan potensi ancaman berikut risiko yang sesungguhnya sudah dikenali karena sudah lama terjadi dan rutin terjadi,” sambungnya.
Disamping itu, disarankannya, kawasan pesisir yang bebas bangunan dan permukiman itu nantinya dijadikan benteng alami berupa hutan mangrove atau hutan pantai yang lebih murah dan ramah lingkungan.
“Semakin luas hutan pantai yang disediakan, maka akan semakin baik untuk meredam banjir rob,” ujarnya.
Sementara itu, berdasarkan catatan Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Kota Semarang terdapat 1.255 kepala keluarga terdampak banjir rob yang menggenangi pesisir Ibu Kota Jawa Tengah tersebut sejak Senin (23/5/22) kemarin.
Disebutkan, rob menerjang wilayah utara Kota Semarang karena tanggul tak mampu menahan air laut yang pasang. Air rob tersebut masuk ke rumah warga Semarang yang ketinggiannya lebih rendah dari jalan.
Warga terdampak rob itu tersebar di Kelurahan Tanjung Mas Kecamatan Semarang Utara dan Kelurahan Kemijen Kecamatan Semarang Timur. Kondisi geografis turut menghambat surutnya air.
Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menggali Hikmah Ibadah Haji dan Kurban
2
Khutbah Jumat: Menggapai Pahala Haji Meskipun Belum Berkesempatan ke Tanah Suci
3
Niat Puasa Dzulhijjah, Raih Keutamaannya
4
Pengrajin Asal Cianjur Sulap Tenda Mina Jadi Pondok Teduh dan Hijau
5
Khutbah Jumat: Persahabatan Sejati, Jalan Keselamatan Dunia dan Akhirat
6
Amalan Penting di Permulaan Bulan Dzulhijjah, Mulai Perbanyak Dzikir hingga Puasa
Terkini
Lihat Semua