Nasional

LKSB Luncurkan Buku Ideologi Kaum Fundamentalis di PBNU

Sab, 2 Juni 2018 | 11:29 WIB

Jakarta, NU Online
Lembaga Kajian Strategis Bangsa (LKSB) meluncurkan buku Ideologi Kaum Fundamentalis, Menjawab Kegalauan Persoalan Agama dan Negara karya Anton dan Direktur Eksekutif LKSB Abdul Ghopur di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Sabtu (2/6). 

Kegiatan bekerja sama dengan Dokter Bhineka Tunggal Ika (DBTI) Indonesia tersebut dilaksanakan dalam rangka refleksi hari lahir Pancasila dengan mendatangkan empat pembicara, yaitu Wasekjen PBNU Heri Haryanto Azumi, Anggota Komisi II DPR RI H Yanuar Prihatin, Aktivis 1998 Ulung Rusman, dan Tokoh Pergerakan H Sudarto. 

Dalam sambutannya, Abdul Ghopur menganggap bahwa tindakan terorisme yang sering terjadi tidak serta merta karena persoalan ekonomi, tapi ia melihat telah terjadi masalah dalam pemahaman keagamaan. 

Ia menyebutkan istilah-istilah yang sering muncul dalam kelompok fundamentalis seperti jihad dan hijrah. Menurutnya, kedua kata tersebut telah dimonopoli oleh kelompok radikal dengan memberikan makna secara sempit. 

Ia mencontohkan, kelompok fundamentalis sering memaknai kata jihad hanya sebatas perang atau membunuh orang lain. Hal itu berbeda dengan NU yang lebih memaknainya sebagai perang melawan hawa nafsu. 

"Jihad itu tidak melulu dimaknai dengan perang, tapi jihad sebagaimana Nabi yang paling penting itumelawan hawa nafsu, jihad akbar," kata Ghopur. 

Demikian juga tentang kata hijrah. Menurut Ghopur, hijrah yang dilakukan Nabi Muhammad adalah pindah dari Makkah ke Yatsrib karena di Makkah sudah tidak aman. Setiba di Yatsrib, Nabi Muhammad membentuk negara yang kemudian di kenal dengan Madinah. Negara tersebut berdasarkan kesepakatan banyak suku dan agama. "Saya kira, ini sudah ada contoh negara madinah. Kalau di Indonesia (namanya) Pancasila," katanya. 

Oleh karena itu, pada forum tersebut, Ghopur meminta hadirin agar merebut kedua kata tersebut agar tidak salah digunakan. 

Sementara Koordinator Pemrakarsa DBTI Indonesia Ahmad djojosugito menyambut baik kehadiran buku ini. Menurutnya, buku ini baik untuk mengaktualisasi diri terkait dengan rasa cinta terhadap tanah air. Hal itu disebabkan keprihatinannya terhadap beberapa dokter Indonesia, tapi bekerja dan berkarya di luar negeri, bukan di Indonesia. 

"Jadi saya kira (bagaimana dokter yang di luar negeri) sebaiknya di bawa pulang ke Indonesia," katanya," ucapnya. (Husni Sahal/Abdullah Alawi)