Jakarta, NU Online
Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) melakukan Serah Terima Program Community Empowerment of People Against Tuberculosis (CEPAT) dan Peluncuran Program Peningkatan Kesadaran Masyarakat Terhadap Diabetes Mellitus di lantai 8, Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (2/11).
Selama lima tahun terakhir dalam mensukseskan program ini, LKNU menggandeng From The American People (USAID), dan beberapa mitra seperti Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU), Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, World Diabetes Foundation, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Forum Stop TB Partnership Indonesia.
Hadir pada acara ini, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj, Ketua LKNU Hisyam Said Budairy, Direktur Helt USAID Jonathan Roos, dan lain-lain.
Chief of Party program cepat-LKNU Esty Febriani dalam laporannya menyampaikan tentang capaian program yang telah dilakukan selama lima tahun. Menurutnya, program ini bertujuan untuk mendukung program nasional.
Selama lima tahun itu pula, program CEPAT-LKNU telah menemukan kasus dan memberikan dukungan kepada pasien TB hingga sembuh.
Program ini, menurutnya, berhasil melakukan kerja di sepuluh Kabupaten yang ada tiga provinsi, Jakarta, Jawa barat, dan Jawa Timur. Sementara wilayah cakupannya mencapai 35-50 persen di kecamatan.
Ia menerangkan, kerja yang dilakukan dalam waktu lima tahun ini, para kader telah menemukan 15247 orang terduga TB yang dirujuk dan menjalani tes. Dari hasil tersebut, sebanyak 1877 dinyatakan positif dan telah memulai pengobatan, sedangkan yang didampingi oleh kader berjumlah sekitar 3746 orang.
Selain melakukan pendampingan pasien, para kader juga melakukan kegiatan advokasi yang merupakan bagian untuk memastikan agar kegiatan ini terus berkesinambungan.
Di tingkat desa, program ini mengaitkan kegiatan dengan desa siaga sehingga telah terbentuk 31 desa siaga aktif. Di tingkat kecamatan, terdapat kelompok masyarakat peduli yang terdiri atas masyarakat, mantan pasien, tokoh agama dan tokoh masyarakat, dan di tingkat kabupaten terbentuk tiga kelompok kerja.
"Kita akan menjadikan bahan-bahan ini semua menjadi harta dan produk dari Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama dan siap digunakan oleh siapa saja, oleh pihak mana saja untuk menjalankan dukungan program ini," jelasnya. (Husni Sahal/Fathoni)