Nasional

Lepas Penerima Beasiswa Maroko, PBNU: Jaga dan Bawa Nama Baik NU

Ahad, 5 November 2023 | 15:00 WIB

Lepas Penerima Beasiswa Maroko, PBNU: Jaga dan Bawa Nama Baik NU

Ketua PBNU KH Ulil Abshar Abdalla saat melepas 17 penerima beasiswa Maroko di PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Sabtu (4/11/2023). (Foto: NU Online/Indiraphasa)

Jakarta, NU Online

 

Sebanyak 17 santri utusan Nahdlatul Ulama dilepas untuk melanjutkan studi di Maroko dengan beasiswa penuh. 

 

Sebagai representasi Nahdlatul Ulama, mereka memiliki tugas untuk membawa nama baik NU dan memberikan kontribusi dalam berbagai bentuk kepada jam'iyah Nahdlatul Ulama, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan. 

 

“Anda harus menyadari bahwa Anda belajar ke Maroko nanti membawa nama Nahdlatul Ulama. Anda punya tugas untuk membawa nama baik Nahdlatul Ulama,” kata Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ulil Abshar Abdalla pada cara pelepasan 17 penerima beasiswa PBNU-Maroko 202 di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Ahad (4/11/2023) malam.

 

Gus Ulil berharap bahwa prestasi mereka menjadi inspirasi bagi mahasiswa di masa yang akan datang dan juga menjadi kredit poin bagi Nahdlatul Ulama untuk terus mendukung lebih banyak mahasiswa dalam program beasiswa ke Maroko di masa depan.

 

“Itu juga akan menjadi kredit poin bagi Nahdlatul Ulama untuk mengirim mahasiswa dalam jumlah lebih banyak di tahun-tahun yang akan datang,” lanjut dia.

 

Di samping itu, Gus Ulil juga menekankan kepada para penerima beasiswa agar mempelajari bahasa Arab dengan baik. Mereka harus dapat menguasai bahasa Arab fushah atau bahasa Arab baku dan bahasa Arab darija atau bahasa Arab sehari-hari khas Maroko. 

 

Penguasaan itu perlu ditunjang dengan setidaknya sebagian besar komunikasinya disampaikan dengan bahasa Arab. Minimal, katanya, 70 persen selama tinggal di Maroko. Ini akan membantu mereka untuk meresapi lingkungan dan budaya setempat.

 

“Selama di Maroko Anda hitung waktunya, minimal 70 persen dari waktu Anda dipakai untuk berbicara bahasa Arab. Bahasa Arab itu ada dua jenis, ada bahasa Arab fushah yang dipakai dalam kita-kitab, siaran TV, dan dipakai dosen untuk menyampaikan ceramah di kelas,” ungkapnya.

 

Gus Ulil juga menyarankan para santri untuk tidak selalu berkumpul dengan sesama orang Indonesia dan untuk berbicara dalam bahasa Arab sebanyak mungkin. Dia juga menggarisbawahi bahwa bahasa Arab darija Maroko harus dikuasai untuk memperkuat hubungan dengan masyarakat setempat. 

 

“Pesan saya kepada teman-teman di Indonesia yang belajar di Maroko, jangan ngumpul terus dengan sesama orang Indonesia,” imbuhnya.

 

Gus Ulil menyebut Maroko sebagai negeri yang kaya akan budaya dan peradaban yang besar. Ia mendorong para santri untuk memanfaatkan kesempatan belajar di sana sebaik-baiknya. Besar ia berharap para santri dapat memanfaatkan waktu di Maroko untuk belajar dengan sebaik-baiknya dan mencapai prestasi akademik yang memuaskan.

 

“Anda beruntung sekali pergi ke Maroko, karena Maroko adalah negeri yang mempunyai kekayaan kebudayaan dan peradaban yang besar sekali. Manfaatkan waktu 4 tahun sebaik-baiknya. Belajarlah bahasa Arab sebaik-baiknya,” papar dia.

 

“Saya ingin dari Indonesia ada orang-orang yang nantinya ada ulama, kiai, pemikir Muslim Indonesia yang bisa ikut berkontribusi pada tingkat global. Syaratnya adalah Anda harus menguasai bahasa di tingkat dunia, salah satunya bahasa Arab,” sambung dia.