Nasional

LAZISNU Wacanakan Koin Muktamar sebagai Bukti Kemandirian

NU Online  ·  Jumat, 19 Juli 2019 | 17:00 WIB

LAZISNU Wacanakan Koin Muktamar sebagai Bukti Kemandirian

Ketua NU Care-LAZISNU Ahmad Sudrajat

Jakarta, NU Online
Ketua NU Care Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) H Ahmad Sudrajat mewacanakan adanya “koin muktamar” untuk membiayai muktamar NU ke-34 yang akan berlangsung tahun depan. Menurut dia, dengan adanya koin tersebut, akan menunjukkan kebesaran dan kemandirian NU.

“Itu akan menunjukkan kebesaran dan kesolidan NU,” ungkap lulusan Jurusan Syariah Islamiyah Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir itu di ruangannya, lantai dua Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Senin (15/7) sore. 

Koin muktamar, lanjutnya akan digenjot setelah PBNU menetapkan waktu dan tempat perhelatan akbar yang di antaranya menentukan kepengurusan baru 2020-2025. Sementara ketentuan tersebut akan dibahas pada akhir September tahun ini melalui rapat pleno PBNU di Pondok Pesantren Al-Muhajirin Purwakarta, Jawa Barat. 

"Kita menunggu ketok palu PBNU dulu terkait tempat muktamar. Baru setelah itu kita bergerak," katanya.

Pada pelaksanaannya, lanjut kelahiran Jakarta itu, NU Care-LAZISNU akan membekali semacam surat jalan kepada pengurus-pengurus NU Care-LAZISNU di daerah masing-masing untuk turun ke lapangan. 

"Potensinya sangat besar jika ini berjalan," tegasnya. 

Hal itu terbukti, lanjut Ajat, NU dan jejaringnya mampu mengumpulkan uang sebanyak 12 miliar Rupiah ketika berupaya menyelamatkan nyawa seorang tenaga kerja wanita asal Majalengka di Arab Saudi. Memang, NU Care-LAZISNU tak mampu memenuhi seluruhnya, tapi hanya sekitar 80 persen dari denda yang diminta majikan TKW tersebut. Namun demikian, itu merupakan langkah awal bahwa NU dan segala jaringannya mampu tergerak untuk bergotong-royong. 

Menurut Ajat, ke depan NU bisa lebih mandiri secara ekonomi jika jejaring yang koin untuk NU menjadi rutinitas, tidak hanya untuk muktamar, tapi  memperkuat ekonomi, pendidikan, kesehatan Nahdliyin yang selama ini menjadi kalangan kelas bawah. 

Menurut Ajat, koin yang dikelola NU sebetulnnya sudah berjalan di beberapa daerah. Namun, baru sebagian kecil. LAZISNU ingin hal itu dilakukan berjamaah secara nasional. (Abdullah Alawi)