Nasional

Lakpesdam NU: Keragaman Masyarakat Jadi Kekuatan Nasional

NU Online  ·  Selasa, 29 Oktober 2013 | 02:05 WIB

Solo, NU Online
Perbedaan atau keragaman masyarakat yang ada di Indonesia jika dikelola dengan baik bisa menjadi sebuah kekuatan nasional untuk membangun negeri ini.
<>
Wakil Ketua Pengurus Pusat Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Ahmad Baso mengatakan hal itu dalam seminar kebangsaan yang diselenggarakan Lakpesdam NU Kota Solo, di Kantor PCNU Kota Solo, Jawa Tengah, Sabtu (26/10) lalu.

“Jadi tinggal bagaimana me-manage atau mengelola keragaman budaya dan kemajemukan itu menjadi sebuah kekuatan nasional,” tegasnya.

Mantan anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnasham) tersebut juga mengatakan, sejarah perjuangan bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Kota Solo. Sejak masa penjajahan hingga saat ini, Kota Solo selalu menjadi motor penggerak bagi sebuah perubahan.

Baso mencontohkan keragaman di masyarakat Kota Solo dalam lingkup kecil. Di mana justru dengan keragaman budaya di masyarakat Solo menjadi motor penggerak perlawanan terhadap imperialisme.

“Di sini, keberagaman kultur budaya dan kemajemukan masyarakatnya sudah sangat terasa. Dan jika kita melihat sejarah, perbedaan-perbedaan yang ada di Kota Solo mampu menjadi motor penggerak untuk (melawan) ketidakadilan yang terjadi di negeri ini,” ucap pria yang produktif menulis buku tersebut.

Senada dengan Baso, Ketua Pengurus Cabang Lakpesdam NU Surakarta, Abil Khoirudin, mengatakan pihaknya kini juga ikut berusaha mengubah perbedaan yang terjadi dalam masyarakat Indonesia menjadi sebuah rasa nasionalisme kebangsaan untuk kemajuan negara Indonesia.

Namun, di sisi lain Abil juga mengingatkan pentingnya dalam menyikapi perbedaan dengan arif. Menurutnya di satu sisi, perbedaan juga dapat menimbulkan potensi negatif. “Kita sadar akan potensi perbedaan yang terjadi di negeri ini. Kita lihat saja Solo, kota ini memiliki potensi yang besar untuk terulangnya peristiwa ’98,” paparnya.

“Maka dari itu, pendewasaan melalui sejarah tempo dulu kita kupas dan kita bicarakan dalam forum seminar terbuka ini. Agar semua pihak menjadi paham dan menghasilkan sebuah semangat untuk mencintai dan merasa memiliki negeri Indonesia,” pungkasnya. (Ajie Najmuddin/Mahbib)