Nasional

Komunitas Penyintas Covid Dideklarasikan

Kam, 31 Desember 2020 | 07:55 WIB

Komunitas Penyintas Covid Dideklarasikan

Deklarator komunitas penyintas Covid-19, Ahmad Rozali (kanan) Ahmad Rozali. (Foto: Satgas NU Peduli)

Jakarta, NU Online

Sebuah komunitas yang beranggotakan para penyintas Virus Covid-19 didirikan dan diluncurkan di Gedung PBNU Jakarta, Kamis (31/12). Komunitas ini dibentuk untuk memperkuat kelompok masyarakat dalam menghadapi virus Covid-19.

 

"Namanya komunitas Survival Covid Indonesia. Tujuan komunitas ini adalah memberikan edukasi kepada masyarakat agar lebih siap menghadapi virus Covid-19 bersama-sama," kata deklarator komunitas ini, Ahmad Rozali di PBNU.

 

Ahmad Rozali merupakan seorang penyintas Covid-19 yang tertular pada November 2020 lalu. Setelah keluar dari rumah sakit pada 7 Desember lalu, ia mengaku kerap menjadi rujukan bagi rekannya yang mengadapi musibah tersebut. Dari itulah ia berpikir untuk mengorganisir para penyintas lain untuk saling membantu, minimal untuk komunitasnya masing-masing.

 

Terinspirasi Kiai Said

Rozali melanjutkan gerakan ini di antara lain terinspirasi oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj yang mendeklarasikan diri saat terpapar Covid19. Menurutnya, dengan mendeclarasikan statusnya itu, Kiai Said sejatinya sedang menyelamatkan banyak orang di sekitarnya termasuk keluarganya beberapa orang yang sempat kontak dengan beliau seminggu terakhir.


Keberanian Kiai Said, bagi Rozali seperti ibrah agar tidak menganggap virus sebagai aib. Lebih jauh, keberanian mendeclare itu, secara otomatis membuang membuang beban sosial yang dirasa tidak perlu, sehingga si pasien dapat lebih fokus pada penyembuhan. 

 

"Malahan, dengan mendeklarasikan itu, Abuya Kiai Said mendapat perhatian dan doa dari seluruh warga NU. Dukungan dan doa itu menjadi semangat tersendiri untuk kita yang sedang sakit. Nah gerakan ini sebagiannya terinspirasi dari keberanian dari Kiai Said," ujarnya.  

 

Negara tidak boleh dibiarkan sendiran

Walaupun pemerintah telah melaksanakan sejumlah program penanganan dan pencegahan, namun kurva jumlah kasus yang tak kunjung menurun menunjukkan bahwa program tersebut belum sepenuhnya berhasil. 

 

Rozali mengatakan, sebagai warga, kita tidak bisa menyerahkan sepenuhnya beban Covid pada pemerintah semata. Masyarakat harus bahu-membahu untuk menangani kasus ini. Nahdlatul Ulama sudah membentuk Santgas NU Peduli Covid sejak lama. Kini waktunya komunitas lain yang lebih kecil untuk menguatkan masyarakat.

 

Harapan lain dari komunitas ini adalah memberikan edukasi pada masyarakat, agar masyarakat tidak menganggap Covid sebagai aib. Sebab menurutnya, seseorang yang menganggapnya aib cenderung menyembunyikan kondisinya dari lingkungannya sehingga virus tersebut diam-diam bisa menular pada orang lain.

 

"Masyarakat kita harus terus diedukasi. Sebab sebagian orang tidak tahu apa yang harus dilakukan saat mereka atau anggota keluarganya terjangkit Covid. Ada juga yang tahu, tapi malu untuk mengakui, akhirnya menulari yang lain di sekitarnya," kata Rozali.

 

Ia merinci, ada tiga hal yang akan dilakukan. Pertama, memberikan edukasi pada pribadi yang terdampak Covid. Ia berharap edukasinya membuat masyarakat tahu apa yang harus dilakukan apabila mereka atau anggota keluarganya terjangkit virus ini. 

 

Tujuan edukasi lain adalah untuk menyiapkan agar masyarakat lebih siap apabila anggotanya tertular. Masyarakat, lanjut Rozali, harus pada tahap menerima dan mendukung anggotanya yang terdampak. "Saya pernah diisolasi. Support teman-teman saya sangat berarti bagi kesembuhan saya waktu itu," terangnya.

 

Selain edukasi, hal lain yang akan disasar adalah kampanye donor plasma darah untuk membantu pasien bergejala berat yang membutuhkan. Gerakan ini, lanjut dia, akan membantu terselamatkannya kehidupan orang lain.

 

"Bertempat di gedung PBNU ini, dengan membaca Alfatihah, dan memohon barokah dari para pendiri NU dan aulia, komunitas Survival Covid Indonesia dengan ini diluncurkan. Al-Faatihah…." kata dia diiringi pembacaan surat Al-Fatihah.

 

Mereka yang siap tergabung dengan komunitas ini dapat mengisi formulir Scovi.

 

Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Musthofa Asrori